Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Penyintas

24 Agustus 2025   20:20 Diperbarui: 24 Agustus 2025   16:09 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku tidak tahu kenapa aku selamat, Kimiko. Aku tidak tahu kenapa aku datang kesini, kenapa aku diberikan tangan ayah musuhku untuk dipegang.

Musuhku? Kata yang aneh! Mimpi burukku, lebih tepatnya. Ketakutanku. Hantu yang akan menebasku jika aku tidak menyelesaikan ritual yang kupelajari untuk melindunginya dengan benar. Ritual menunjuk dan meremas, tentu saja menarik pin dan melempar. 

Mengapa pula kami mengulanginya berkali-kali, kalau itu bukan ritual dan mantra dan jimat bagi kami, praktik keagamaan untuk mengusir setan kami?

Ada yang terluka di sini, di gua kita. Ada tentara dan warga sipil. Ada murid, seperti kamu, yang meninggalkan sekolahnya untuk menjadi perawat.

Sudah muncul di benakku. Aku bisa melihat granat berjatuhan melalui celah batu. Aku sudah bisa melihatnya meluncur ke lantai gua. Aku bisa melihat wajah ketakutanmu, Kimiko, dan mendengar suara orang Amerika berteriak, "Fire in the hooole!"

Aku melihat diriku menunggu, sekali lagi, orang lain untuk melakukan pengorbanan.

Sudah kubilang padamu, Kimiko, cara bertahan dalam perang adalah dengan sejuta tindakan pengecut. Tapi mungkin ada cara lain. Jika sebuah granat jatuh di antara sepuluh orang dan semuanya pengecut, sepuluh orang tersebut akan mati. Namun jika salah satu dari mereka berani, maka sembilan lainnya akan hidup.

Tapi aku sudah bicara terlalu banyak, Kimiko. Aku sudah mengatakan terlalu banyak hal yang tidak masuk akal. Ssst, diam! Ada seseorang di luar gua. Apakah dia akan berani atau pengecut, Kimiko? Akankah dia berhenti untuk melihat apakah kita tentara atau bukan?

Mashamune Hondo pasti sudah memeriksanya. Dia akan melihat sebelum menembak, seperti yang dia lakukan saat kami duduk bersama di lubang kawah. Apakah aku begitu beruntung bisa bertemu dengan jiwa lain yang seberani dia?

Tenanglah, Kimiko. Dengan tangan kosong, sekarang aku pergi mencari tahu.

Cikarang, 10 Maret 2024

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun