Pertanyaan itu melayang di udara seperti napas penerjun payung menunggu parasut mengembang.
Zzz, zzz.Â
Manusia turun ke bumi. Manusia dengan aneka rupa busana, sepatu, dan kacamata mengisi perut gondola, mengisinya sampai penuh, kemudian gondola naik turun menyusuri ngarai. Manusia melompat. Manusia berlari. Dasar manusia.
Kini gondola-gondola yang pintar itu hanya bergumam, dan bertanya-tanya. Tentang ke mana manusia pergi. Untuk alasan apa mereka datang.
Hal itu berlangsung selama bertahun-tahun.
Dan kemudian, suatu hari, ada sesuatu yang masuk ke dalam Sanguan, gondola ungu.
Dan duduk di bangku bagian dalam.
Tidak ada pakaian, tidak ada sepatu, dan tidak ada kacamata.
Dia berbulu. Dia bergerak seperti manusia. Namun ada tas tersampir di sana.
Sanguan terdiam. Dia tahu lebih baik diam. Lakukan tanpa melakukan. Semoga makhluk yang telah memasuki diriku ini mengungkapkan rahasianya, pikir Sanguan, tanpa benar-benar berpikir.
Sanguan merasakan tendangan di dalam perutnya. Dia mengalihkan pandangannya ke dalam. Makhluk itu sedang memantulkan bola dari lantai, menyebabkan bunyi gedebuk ringan pada logam. Pluk. Pluk.