Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Rumah Berbisik: 5. Berkumpul

19 Agustus 2025   18:18 Diperbarui: 19 Agustus 2025   18:03 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi: dok. pri. Ikhwanul Halim

***

Di rumah kosong itu, para anak-anak lelaki berjuang melawan suara gemuruh dan bayangan gelap yang melaju kencang ke arah mereka. Ketika mereka menyadari bahwa bayangan dan suara itu berasal dari ratusan kelelawar, keberanian mereka telah sirna, dan kekacauan pun meletus di ruangan itu.

Pandu adalah orang pertama yang mundur, tetapi malah dia menabrak Sakti sampai jatuh. Sakti yang mencoba bangun dengan bersandar pada lemari tua yang rusak, malah secara tidak sengaja mendorongnya hingga terjatuh dengan suara keras, membuat lebih banyak lagi kelelawar terkejut.

Faris yang kebingungan melemparkan batu ke sesuatu yang tak terlihat dan memecahkan kaca jendela terakhir yang masih utuh.

Gilang menari dengan panik, seperti seorang penari kejang profesional, mencoba melepaskan kelelawar dari bajunya. Andaikan ini pertempuran, kelelawar telah menang.

Mereka tiba-tiba mendengar anjing menggonggong dan suara gadis-gadis tertawa di luar.

Sakti duduk bersandar pada lemari yang roboh, bertanya-tanya mana yang lebih buruk: kelelawar atau melihat wajah Gita dengan air mata mengalir di pipinya karena tertawa, bukan karena takut!

Mengintip lewat jendela rumah kosong itu, Gita dan Ratri tidak percaya dengan apa yang mereka lihat. Di dalam, anak-anak laki-laki benar-benar kacau, berteriak dan saling serobot, menari dan melompat liar. Sebuah batu yang dilempar Faris tiba-tiba memecahkan jendela di dekat keduanya.

"Kerja bagus, Sakti!" Gita menggoda, berusaha menahan tawa. "Aku tidak tahu kamu bisa menjatuhkan lemari itu sendiri!"

Ratri ikut tertawa. "Gilang, aku harus belajar tari kejang dari kamu. Kamu tersis penari yang biasa tampil di jalanan!"

Gilang malah tertawa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun