Benin bertanya-tanya, apakah instrumen musik lain dapat didesain ulang untuk dimainkan sendiri?
Selama berbulan-bulan, dia  melakukan eksperimen. Meskipun sebagian besar usahanya gagal, ia belajar banyak, dan ambisinya tumbuh seiring dengan keahliannya.
Dia mulai membuat sketsa rancangan mesin raksasa yang saling berhubungan yang mampu mereplikasi suara sebuah grand orkestra. Mesin-mesin itu akan ditempatkan di dalam kotak kayu besar seukuran orgel katedral agung.
Mesin itu digerakkan oleh ribuan roda gigi, pegas, dan uap, serta berisi serangkaian pipa, senar piano, drum, alat musik tiup, dan bahkan bel.
Saat Benin memulai pembuatan mesinnya, dia terpaksa merelokasi proyeknya yang berkembang pesat ke gedung orkestra tua yang sudah runtuh di pinggir kota.
Berita tentang proyeknya yang tidak biasa menyebar ke seluruh kota. Orang-orang berdatangan untuk menyaksikan mesin aneh itu terbentuk. Bahkan ada yang menawarkan bantuan.
Tak lama kemudian, belasan perajin mengerjakan berbagai komponen, mengikuti spesifikasi Benin.
Lima tahun setelah dia membeli piano yang bisa dimainkan sendiri, mesin ciptaannya itu akhirnya siap.
Antisipasi masyarakat mencapai puncaknya. Surat kabar memuji penampilan pertama "Orkestramatik" dan tiket gala premiere terjual dengan harga selangit. Orang-orang memenuhi setiap jengkal gedung orkestra tua yang sudah direnovasi. Tiga musisi grande dari orkestra Duke sekali lagi berada di barisan depan.
Benin telah memprogram mesin itu dengan cermat, menggunakan versi yang lebih rumit dari kertas berlubang dari piano yang bisa dimainkan sendiri. Namun dia masih sangat gugup.
Ketika saatnya tiba, dia berjalan ke atas panggung, membungkuk kepada penonton, menarik tuas dan menyaksikan mesin itu hidup. Musik bergema memenuhi aula. Semuanya berjalan lancar, sesuai rencana Benin.