Berapa lama lagi? Penantianselalu menjadi siksaan, melemahkan kepercayaan dirinya dan menggoyahkan fondasi pengetahuannya. Keringat menetes di antara tulang belikatnya, memicu kedutan yang tak disengaja, dan ketegangan meregangkan sarafnya sampai dia mengharapkan bunyi sentakan elastis saat otaknya menyerah. Itu akan sangat melegakan.
Apa pun lebih baik dari ini.
Dia mempelajari punggung tangannya dan menarik napas dalam-dalam, memaksa bahunya turun. Dia tidak ingin mereka melihat dia sudah menyerah kalah dalam pertempuran.
Sambil meregangkan jari-jarinya, dia mengatupkan kedua tangannya, menahannya di antara kedua lututnya untuk menghentikan gemetar. Dia siap seperti sebelumnya.
Pintu di belakangnya berdesir terbuka dan klik ditutup. Langkah kaki mematuk ubin lantai memotong jalan ke arahnya, bergema mengejek kelemahannya.
Dia menundukkan kepalanya dan menahan napas hingga bunyi alas kulit melewati beberapa jengkal sebelum berhenti.
Ini dia.Â
Penglihatannya mengabur dan panik mencakar isi perutnya.
Alarm yang melengking menembus kesunyian, diikuti oleh desahan singkat bersama.
"Kalian boleh mulai."
Dia membalikkan kertas soal, mengambil bolpoin dan mulai menulis.
Bandung, 28 Januari 2023