Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Terdampar di Perut Bumi - Buku Satu: I. Terdampar (Part 21)

29 November 2022   18:38 Diperbarui: 29 November 2022   18:55 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. pri. Ikhwanul Halim

Tiwi tersenyum ketika lebih banyak lumba-lumba keluar dari air seperti sedang melakukan pertunjukan di Ocean Dream Samudra Taman Impian Jaya Ancol. Seekor lumba-lumba dewasa besar mencicit lebih keras daripada yang lain. Ia menampar air dengan ekornya dan segera menyenggol Miko.

"Oke, oke! Gue balik," kata Miko. "Emang sih, bad idea nantangin hiu putih raksasa."

Mamalia itu menggiringnya kembali ke Tiwi dan Zaki dengan cara yang sama seperti seorang gembala mengumpulkan ternaknya.

Tiwi memeluk Miko. "Apa yang akan aku lakukan denganmu?" Tiwi memeluknya erat.

Mengapa dia melakukan aksi gila seperti itu? Jika sesuatu terjadi padanya saat Miko mencoba melindungi dirinya, Tiwi tidak akan pernah bisa merasakan kedamaian dalam hidupnya.

Tiwi merasakan sentuhan di lengannya, seperti menabrak pelampung yang basah, diikuti oleh dorongan lembut di samping. Berbalik, dia melihat lumba-lumba. Sepertinya hewan itu tersenyum padanya, dan tidak seperti mulut penuh gigi pada moncong hiu, lumba-lumba itu hanya terlihat seperti menyeringai lebar dan lucu.

Seolah-olah lumba-lumba yang ramah tahu mereka dalam masalah dan membutuhkan bantuan. Lumba-lumba lain mendekat, mendorong Tiwi, Miko, dan Zaki mendekat satu sama lain. Menampar permukaan air dengan ekor mereka, makhluk-makhluk itu berenang dalam lingkaran rapat, mengawal mereka dari hiu dan menciptakan penghalang pertahanan seperti barisan pemain bola menutup gawang saat tendangan bebas. Laut menggelegak dan memercik saat lebih banyak klik, siulan, dan jeritan memenuhi udara. Tiwi mengangkat tangan untuk melindungi wajahnya dari cipratan air asin.

Mulutnya melongo saat melihat pemandangan luar biasa di depan matanya. Lumba-lumba lain membuat suara tepukan dengan rahang mereka dan mengeroyok hiu. Berulang kali, mereka menggunakan moncongnya yang panjang dan runcing untuk menabrak hiu, menyodok insang abu-abu dan perut putihnya yang besar. Lega rasanya saat hiu-hiu itu berbalik dan berenang, hilang dari pandangan. Tiwi menarik napas dalam-dalam beberapa kali, mencoba menenangkan jantungnya yang berdebar kencang.

Ketika dia berbalik menghadap Miko dan Zaki, senyum kedua cowok itu mengatakan semuanya: Melawan segala rintangan, kita selamat.

Mereka saling menepuk punggung, memberikan tos. Lumba-lumba mencicit dan melompat tinggi ke udara, berjungkir balik dan terjun kembali ke laut. Ombaknya menerpa seluruh tubuh Tiwi, mengingatkannya lagi pada pertunjukan spektakuler di Ocean Dream Ancol.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun