"Gue juga!" Zaki melemparkan senyum santainya.
Pasirnya terasa tebal saat mengalir di atas sepatu tenisnya. "Tidak ada yang lebih indah daripada merasakan daratan yang kokoh di bawah kakimu."
Miko bergerak cepat melewati air. "Betul betul betul. Sekarang gue kelaparan abis berenang."
"Ya, aku juga," kataku, "tapi aku sedang tidak mood untuk makan seafood setelah hampir menjadi santapan hiu."
"Setuju. Hal pertama yang akan gue lakuin adalah mencari wateg atau nasi kapau."
Terdengar dengungan kepakan sayap. Gerakan yang tiba-tiba menarik perhatian Tiwi.
"Lihat!" Dia menunjuk ke tiga benda berkilauan yang terbang di langit.
Zaki memutar kepalanya. "What the--?"
Tiwi tak bisa dapat memercayai penglihatannya saat warna-warna menakjubkan itu semakin mendekat dengan kecepatan yang luar biasa. Dengungan keras seperti segerombolan sejuta lebah, semakin keras volumenya. Tubuh memanjang, sayap transparan, dan mata multifaset berkilauan dalam cahaya dua matahari.
Dia terkesiap. "Apa itu?"
"Capung," kata Miko, suaranya penuh kekaguman. "Yang besar, capung raksasa."