Kursi jati berumur 50 tahun lebih menjadi teman setiaku saat membaca buku di perpustakaan keluarga. Kisah kursi ini unik loh! Kakekku pencinta kayu jati. Semua perabot rumahnya terbuat dari kayu jati. Bahkan didatangkan langsung dari pengrajin di Jepara Jawa Tengah ke Kuningan Jawa Barat. Nah ... Kursi ini setelah Kakek meninggalkan diwariskan kepada Mamah. Sekarang kursi ini menjadi penghuni rumahku. Umur kursi ini sudah lebih tua dari aku loh!
Selain kisah kursi, di perpustakaan keluarga ada juga buku-buku warisan dari Bapa. Aku mendapatkan berbagai judul buku dari Bapa, terutama buku tentang politik. Ada juga Al-Qur'an kenangan, hadiah ulang tahunku yang ke-12. Bapa juga mewariskan satu paket Tafsir Al-Azhar karya Buya Hamka yang legendaris.Â
Suamiku juga memboyong beberapa buku warisan dari Bapak dengan judul terkait agama. Selain itu waktu kuliah, suami juga punya hobi yang sama denganku yaitu belanja buku. Jadi deh ketika kami menikah, barang terbanyak yang boyongan bersatu adalah buku, he3 ... Kami kadang tertawa geli ketika menata buku dan menemukan judul buku yang sama. Ooohhh ... Artinya bahan bacaan kami sama dong, walaupun waktu itu belum kenal.
Baca artikel terkait: Ngabuburit di Toko Buku atau Perpustaan, Why Not?
Nah ... Pada bulan Ramadan, selain tetap membaca buku yang harus aku dalami terkait mata kuliah yang diampu di universitas, aku akan membaca buku terkait agama Islam. Beberapa buku lama akan aku baca kembali. Sudah pasti Al-Qur'an sebagai kitab suci yang mulia dan memiliki fadilah utama untuk dibaca di bulan Ramadan aku utamakan. Targetnya minimal satu juz perhari dan berusahan untuk membaca terjemahnya juga.
Ada beberapa buku yang aku baca seperti Kisah Rasulullah, Ensiklopedia Islam, Tafsir Al-Qur'an, Minhajul Muslim, Tauhid, Bulughul Maram, ESQ, Syarah Adabul Mufrod, Fiqh Islam.
Baca artikel terkait: Koleksi Buku Langka Warisan dari Bapa
Oya ... Membaca buku bagiku adalah sebuah perjalanan yang mengasyikkan. Bukan hanya kegiatan. Mengapa aku sebut perjalanan? Dengan membaca buku kita bisa mendapatkan informasi dengan terstruktur. Sangat berbeda dengan membaca atau sekilas menonton tayangan di media sosial. Buku itu ada rasa keterikatannya. Menyentuhnya secara fisik, membuka halaman demi halaman, mencium wangi kertas, dan mendengar suara saat lembar demi lembar bergantian dibaca. Sensasi bagai berjalan disebuah pematang sawah atau di jalan setapak menuju puncak bukit.Â