Awang berbalik dan berlari ke seberang jalan. Dia hampir bisa merasakan benda itu membuat lubang di punggungnya.
"Ayo, Sayang." Dia berkata sambil menarik lengan Kuntum.
"Awang, ada apa?"
"Itu ... itu adalah patung iblis, anjing bersayap dengan segala hiasannya. Dan rumah itu ... tampak sangat mengerikan. Itu hampir membuat rumah duka kita terlihat seperti kedai manisan."
Mereka berdua benar-benar ketakutan sekarang. Awang terdiam, dan keheningan itu hanya memperburuk keadaan. Mereka segera bergegas pulang. Secepat yang mereka bisa, mereka akan segera pulang ke rumah.
Saat menuruni bukit besar, Awang tiba-tiba berhenti. Tubuhnya menggigil kedinginan. Air mata mengalir di matanya saat dia terhuyung mundur meraih udara yang tidak mendukungnya. Kuntum berbalik, dan matanya menangkap teror yang ada di wajah suaminya. Sosok gelap dari mimpi Awang kini berada di sudut di depan mereka.
"Ada apa, Awang? Apa yang kamu lihat?" Kuntum bertanya dengan panik.
Tapi Awang diam berdiri, matanya berlinang air mata yang mengaburkan pandangannya. Kakinya tertekuk, dan dia jatuh berlutut. Bau samar kuah satai rusa basi melayang memenuhi rongga hidungnya.
BERSAMBUNG
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI