Suatu sosok muncul dari pusaran gelap. Bagas ingin berada di sana. Ayahnya membutuhkannya. Dia bisa melihatnya di matanya yang sedih.
Bagas memberi tahu Kadir apa yang terjadi padanya hari itu. Dari tempat mereka di kamar tidur, mereka mendengar ibu Bagas datang dengan belanjaannya
"Aku ingin tahu ada di mana kau malam ini, Ratna!" teriak Johan sambil berlari ke kamar mandi.
Bunyi benturan keras pada pukul empat pagi membuat Gumarang terjaga. Bahkan sebelum dia sempat meronta-ronta, dia mendengar suara gemuruh...
"Apa pendapatmu tentang pesta sejauh ini?" Juita bertanya pada Gumarang. Dia mendekatkan bibirnya ke telinga Gumarang agar dia bisa mendengarnya.
Hari-hari berlalu dengan cepat bagi Gumarang dan Tando setelah mereka bergabung di gerai pakaian. Gumarang merasa beban sejuta dunia telah terangkat
Akhirnya setelah merasa nyaman dengan kehadiran Awang, Kuntum bangkit dari tempat tidur dan berjalan ke dapur. Awang pasti lapar, meskipun....
Saat meraba-raba mencari pintu kamar tidur, Kuntum mendapat firasat buruk. Dia tidak akan pernah melihat Awang lagi.
Pengaturan pemakaman Johar harus segara dibuat. Halida merenung sambil berbaring di tempat tidur dengan perasaan mual karena memikirkannya.
Melihat mobil Awang di jalan masuk membuat Kuntum menghela napas lega. Semua duka yang Halida rasakan membuat Kuntum menyadari betapa berartinya Awang
"’Ya’ ayahmu sudah meninggal, atau ‘ya’, kamu melihatnya?" Awang bertanya, merasa bingung dan berharap yang pertama itu benar.
Tapi saat Bagas mengetuk pintu rumah dokter Awang, tidak ada jawaban. Dia tahu mereka harus sudah bangun karena klinik buka sekitar setengah jam lagi,
Johan dan Ratna berhasil keluar dan segera makan udang dan nasi lemak di 'Kedai Makan Hasil Laut'.
Tempat kerja menjadi damai bagi Johan sejak kematian Kenang. Tidak ada lagi panggilan telepon yang mengganggu, tidak perlu lagi menyembunyikan...
Setelah dua hari berlalu, semangat Awang akhirnya berhasil bangkit. Sesungguhnya, dia tidak secara sadar melakukannya, kurang lebih memblokir kejadian
Halida masih belum siuman. Ada yang salah dengan istrinya. Badannya tidak berasa hangat, tetapi tidak selalu artinya baik-baiknya.
Saat Halida melewati pintu geser yang setengah terbuka ke ruang tamu, sesuatu yang aneh menarik perhatiannya.
Sehari sesudahnya, dampak melihat pria berbaju hitam itu masih saja menggerogoti Awang. Semuanya masih terasa sangat mustahil.
Punggung Tando bersandar kembali ke kursinya diam-diam dan Gumarang melirik sekilas ke arahnya beberapa kali untuk melihat apakah dia baik-baik saja.
Lima menit kemudian, Gumarang memiliki rekanan baru dan seorang pendamping dalam perburuan mobilnya. Dia pasti akan membuat hari ini baik.