Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sesuai Jadwal dan Rencana

10 Oktober 2022   19:00 Diperbarui: 10 Oktober 2022   19:10 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pukul sembilan lewat sepuluh menit dan dia melirik arlojinya. Deya tidak datang. Dia cukup yakin. Tapi mereka belum pernah belajar selarut itu. Mereka meninggalkan perpustakaan bersama-sama, pada jam yang wajar, dan Deya akan punya banyak waktu untuk menyetel alarm, tidur, dan bangun untuk beristirahat untuk hari yang akan datang.

Kecuali....

Komentar itu. Oh, Tuhan, komentar itu.

Vino telah menggoda mereka tentang bagaimana mereka selalu belajar bersama, sesuatu tentang kecantikannya dan otaknya dan bagaimana hal itu bertambah dengan cara yang aneh. Vino berbicara dengan yakin tentang hal-hal ini---dia jurusan matematika---dan menyatakan bahwa itu 'signifikan secara statistik.'

Mereka semua tertawa, tentu saja, tapi dia melirik dan menangkap bagaimana, untuk sesaat, matanya yang sembab menjadi datar mendengar ucapan itu.

Ini bukan kencan. Bukan kencan. Bukan. Kencan.

Mengusir pikiran itu tidak membantu. Seperti penghapus karet lama, meninggalkan bekas yang hampir mustahil untuk diabaikan.

Hanya ada satu cara untuk menyelesaikannya. Dia akan menelepon, dan dengan setiap nada panggil dia berlatih kalimat yang akan dia katakan: Apakah Deya masih bangun? Apakah Deya siap? Apakah Deya datang?

Bunyi menguap membuyarkan pikirannya.

"...Halo?" Nada suaranya mengandung keintiman yang membuatnya tersipu: lembut, seperti ujung mimpi. Seolah-olah disediakan untuk kekasih keesokan paginya.

"Ehm," katanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun