Mohon tunggu...
Tania A P
Tania A P Mohon Tunggu... Freelancer - ..

Selamat Membaca

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Rencana Keuangan di Sudut Kafe

10 April 2024   07:00 Diperbarui: 10 April 2024   07:14 15062
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi by dall*e

Di kota Serendipity yang tersembunyi di antara bukit-bukit hijau, matahari terbit dengan lembut. Di sana, di sebuah apartemen kecil dengan jendela yang menghadap ke taman, hiduplah seorang penulis bernama Rani. Rani adalah perempuan berusia 30 tahun, dengan rambut cokelat yang selalu terurai acak-acakan. Dia memiliki senyum hangat yang menutupi kekhawatirannya tentang masa depan.

Rani menulis cerita-cerita pendek di blog pribadinya. Dia bermimpi suatu hari bisa menerbitkan novelnya sendiri. Namun, di balik senyumnya, Rani menyimpan beban yang tak terlihat oleh banyak orang. Setiap kali dia membuka aplikasi perbankan di ponselnya, angka yang tertera membuatnya merasa takut dan cemas. Dia tahu dia harus melakukan sesuatu, tapi apa?

Rani tumbuh dalam keluarga sederhana. Ayahnya, Pak Surya, seorang tukang kayu yang selalu berbicara tentang pentingnya menabung. Ibunya, Ibu Maya, seorang penjahit yang mengajarkan Rani tentang nilai kerja keras dan kesederhanaan. Namun, Rani lebih suka menghabiskan waktunya di perpustakaan daripada menghitung uang receh di celengan.

Rani memiliki teman-teman yang sudah memiliki rumah, mobil, dan rencana pensiun yang mapan. Mereka sering berbicara tentang investasi, saham, dan properti. Rani merasa tertinggal. Dia ingin memiliki masa depan yang lebih baik, tapi bagaimana caranya?

Pada ulang tahunnya yang ke-30, Rani merasa cemas. Dia duduk di tepi tempat tidur, memandangi langit-langit kamar apartemennya. "Berapa seharusnya jumlah tabunganku?" gumamnya. Pikiran ini menghantuinya setiap malam. Dia membuka laptopnya dan mulai mencari informasi tentang perencanaan keuangan. Tapi semakin banyak dia membaca, semakin bingung dia.

Suatu hari, saat dia sedang menulis di kafe favoritnya, dia bertemu dengan seorang penasihat keuangan bernama Pak Budi. Pak Budi adalah pria berusia 50-an dengan kacamata tebal dan senyum ramah. Dia mengajak Rani duduk di sudut kafe yang tenang.

"Rani," katanya, "usiamu memang sudah 30 tahun, tapi jangan terlalu khawatir. Setiap orang punya jalannya masing-masing. Yang penting, kita mulai dari sekarang."

Pak Budi membantu Rani merencanakan keuangan dengan bijaksana. Mereka membuat rencana tabungan yang realistis berdasarkan penghasilan Rani. Rani belajar tentang investasi, darurat, dan pensiun. Dia mulai menyisihkan sebagian gajinya setiap bulan. Pak Budi mengajarkan Rani tentang keuangan. Kadang-kadang kita harus melangkah maju, seperti saat berinvestasi. Tapi kadang-kadang kita juga harus melangkah mundur, seperti saat menghadapi krisis keuangan.

Rani mengikuti saran Pak Budi. Dia membuka rekening investasi dan mulai membeli saham. Dia juga membangun dana darurat untuk menghadapi situasi tak terduga. Setiap bulan, dia mengevaluasi rencananya dan memperbaikinya jika perlu.


Setelah bertahun-tahun mengikuti rencana keuangan yang dibuat bersama Pak Budi, Rani mulai melihat perubahan signifikan dalam hidupnya. Berkat investasi yang bijaksana dan disiplin dalam menabung, dia berhasil mengatasi krisis keuangan dan membangun pondasi yang kuat untuk masa depannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun