Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Rusunawa (Bab 17)

19 September 2022   10:00 Diperbarui: 19 September 2022   10:19 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. pri. Ikhwanul Halim

Saat itu hari Kamis pagi dan sedang libur tengah semester di SMP Rano.

Suti masuk ke sekolah seperti kebanyakan anak-anak lain di kompleks rusunawa. Para wanita pekerja juga sudah pergi sebelum matahari terbit. Hanya beberapa ibu rumah tangga yang ada di rumah mengunci diri di kamar. Ada beberapa lelaki yang pulang saat jam istirahat siang dari tempat kerja atau bekerja sif malam.

"Apa yang terjadi?" terdengar seseorang bertanya.

"Bawa dia ke rumah sakit!" seorang perempuan berteriak.

Tiur berdiri dengan tubuhnya bersandar di dinding, acuih tak acuh pada semua kehebihan di sekitarnya.

Linda akhirnya dibawa ke rumah sakit. Tiur ditangkap dan diharuskan membayar perawatan rumah sakit Linda dan diam-diam berdoa agar Linda tidak mati atau dia akan mendekam cukup lama di penjara. 

Saat itulah Tiur mengetahui Mak Linda berasal dari keluarga besar yang kaya raya. Dia bertanya-tanya mengapa mereka menolak bantuan dari sanak saudara yang akan membuat hidup mereka lebih baik. 

Sebersit penyesalan dalam benaknya, tetapi hanya sedikit, karena keributan yang terjadi bukan bermula darinya. Bukan dia yang memulai terlebih dulu. Dia berharap untuk tidak berkelahi dengan Linda, tetapi dia ingin memberinya pelajaran yang tidak bisa dia lakukan setelah pertarungan pertama yang gagal.

Tiur harus menjual beberapa barangnya seperti tempat tidur, televisi, dan sofa di unitnya untuk membayar perawatan Linda. Dia pindah dari rusunawa seletah Linda keluar dari rumah sakit.

Hingga saat ini, tidak ada yang mengetahui keberadaan Tiur.

Mama mengatakan kepada Rano dan Suti bahwa dia merindukan Tiur. Dia mengatakan Tiur adalah jiwa yang bebas dan tahu bahwa Tiur tidak akan menjadi orang yang memulai pertikaian. Rano menceritakan bagaimana itu kejadian yang disaksikannya dan berkata Tiur memulainya dengan menampar Linda Sikumbang.

"Aku tahu. Tapi pasti ada sebab yang menjadi penyebab Tiur menampar Linda. Aku yakin Tiur bukan pembuat onar," kata Mama Rano dengan yakin dan mengangguk pada Rano.

Suti menatap ibunya, lalu ke Rano dan kemudian terkikik keras.

***

Persahabatan Suti dengan Tiur---Tiur teman sekolahnya, bukan Tiur yang berkelahi dengan Linda--dan Talia tidak berlangsung lama setelah keduanya masuk SMP mendahului Suti.

Ketika masih sama-sama di sekolah dasar, mereka tidak begitu dekat, tetapi sesekali jalan pulang bareng. Kadang-kadang, saat di rusunawa, mereka akan meneriakkan nama Suti untuk menanyakan apakah dia mau ikut mengambil air bersama mereka. Suti akan ikut jika ada ember harus diisi.

Suti senang berjalan-jalan dengan mereka menuju ke penampungan air, mengobrol sesuka mereka. Dia tak suka mengambil air dengan Rano, karena abangnya jarang bicara dengannya. 

Kadang-kadang, Rano menakut-nakutinya dengan menunjuk ke semak-semak agar dia melihat rerumputan bergerak perlahan. Selalu ada hewan kecil seperti tupai atau serangga di antara rerumputan. 

Dia akan memekik dan merapatkan tubuhnya ke Rano, menempel padanya ketakutan. Abangnya akan tertawa dan menggodanya tentang betapa petakutnya dia seperti anak kucing bertemu anjing.

"Abang jahat! Sana pergi. Aku bisa pulang sendiri," kata Suti dan memukul bahu Rano yang makin membuat abangnya tertawa tergelak-gelak.

Suti akan diam dan tidak mengucapkan sepatah kata pun lagi ke Rano. Dia akan menenteng ember yang kecil berisi air dan kemudian berjalan pulang.

BERSAMBUNG

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun