Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Rusunawa (Bab 17)

19 September 2022   10:00 Diperbarui: 19 September 2022   10:19 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. pri. Ikhwanul Halim

Mama mengatakan kepada Rano dan Suti bahwa dia merindukan Tiur. Dia mengatakan Tiur adalah jiwa yang bebas dan tahu bahwa Tiur tidak akan menjadi orang yang memulai pertikaian. Rano menceritakan bagaimana itu kejadian yang disaksikannya dan berkata Tiur memulainya dengan menampar Linda Sikumbang.

"Aku tahu. Tapi pasti ada sebab yang menjadi penyebab Tiur menampar Linda. Aku yakin Tiur bukan pembuat onar," kata Mama Rano dengan yakin dan mengangguk pada Rano.

Suti menatap ibunya, lalu ke Rano dan kemudian terkikik keras.

***

Persahabatan Suti dengan Tiur---Tiur teman sekolahnya, bukan Tiur yang berkelahi dengan Linda--dan Talia tidak berlangsung lama setelah keduanya masuk SMP mendahului Suti.

Ketika masih sama-sama di sekolah dasar, mereka tidak begitu dekat, tetapi sesekali jalan pulang bareng. Kadang-kadang, saat di rusunawa, mereka akan meneriakkan nama Suti untuk menanyakan apakah dia mau ikut mengambil air bersama mereka. Suti akan ikut jika ada ember harus diisi.

Suti senang berjalan-jalan dengan mereka menuju ke penampungan air, mengobrol sesuka mereka. Dia tak suka mengambil air dengan Rano, karena abangnya jarang bicara dengannya. 

Kadang-kadang, Rano menakut-nakutinya dengan menunjuk ke semak-semak agar dia melihat rerumputan bergerak perlahan. Selalu ada hewan kecil seperti tupai atau serangga di antara rerumputan. 

Dia akan memekik dan merapatkan tubuhnya ke Rano, menempel padanya ketakutan. Abangnya akan tertawa dan menggodanya tentang betapa petakutnya dia seperti anak kucing bertemu anjing.

"Abang jahat! Sana pergi. Aku bisa pulang sendiri," kata Suti dan memukul bahu Rano yang makin membuat abangnya tertawa tergelak-gelak.

Suti akan diam dan tidak mengucapkan sepatah kata pun lagi ke Rano. Dia akan menenteng ember yang kecil berisi air dan kemudian berjalan pulang.

BERSAMBUNG

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun