Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Menolak Takdir

23 Desember 2021   20:43 Diperbarui: 23 Desember 2021   20:44 574
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Klik. 

Roda gigi dari kuningan berputar saling mengunci, dan dengungan rendah terpancar dari dada Mimi. Anak kecil itu hidup kembali, dan Diana duduk di seberang putrinya. Dia menatap mata kaca cokelat dan menangis.

Lengan Mimi terangkat dan turun, tangannya berputar, jari membuka dan menutup. Kepalan jari yang mungil. Kepalanya menoleh dari kiri ke kanan dan kembali lagi dalam gerakan yang lambat dan canggung. Diana berjalan ke kepala meja dan meraih ke balik kemeja suaminya. Dasar tengkorak, belok ke kiri. Martin tampak hidup dalam setelan tiga potong bergaris-garisnya. Mata hijaunya mengamati ruangan, dan tangannya membentur meja. Tersenyum lebar. Wajahnya selamanya dinaungi bayangan janggut tumbuh sehari.

Diana melangkah mundur dan mengagumi keluarganya---sebelum tangan Tuhan mencabik-cabik jiwanya.

Maria meremas bahu Diana sebelum menuju pintu keluar.

***

Diana menutup koper dan duduk di meja bersama Tuan Bobo, Nikki, Nanuk, Mimi, dan suaminya, Martin. Raut kepuasan terpancar di wajahnya.

Diana menyesap dari segelas air mineral dengan es. Mimi dan Martin melanjutkan gerakan mereka, bagian dalam mereka berputar dengan detak jantung yang berasal dari motor servo.

Hari ini adalah ulang tahun kelima putrinya, dan itu adalah hari yang paling istimewa.

Bandung, 23 Desember 2021

Sumber ilustrasi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun