Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Menolak Takdir

23 Desember 2021   20:43 Diperbarui: 23 Desember 2021   20:44 574
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Maria meletakkan kopernya di atas meja dari batu granit dan mengembangkan tangannya lebar-lebar. Diana memeluk wanita itu lama-lama.

"Kopi?"

"Secangkir teh kental akan lebih baik lagi."

"Tentu saja, sayang."

Diana menuangkan teh Darjeeling untuk Maria dan secangkir kopi hitam untuk dirinya sendiri. Maria mengerang saat dia duduk.

"Ah, percuma juga aku ke dokter, hanya diresepkan balsem gosok dan aspirin."

"Hari yang panjang dan malam yang lebih panjang?"

"Deadline," kata Maria. "Hari-hari berkejaran satu sama lain, dan aku kehabisan minyak kemarin tengah malam."

Kopi dan teh lagi.

"Saya membayangkan apa yang Anda kerjakan memang tak gampang," kata Diana, menyentuh tangan Maria. "Namun pekerjaan yang Anda lakukan sangat penting. Kreasi Anda adalah hal paling luar biasa yang pernah saya lihat dan mungkin tak akan pernah saya temui lagi. Dan kehidupan yang Anda selamatkan. Keluarga..."

"Terima kasih," Maria tertawa, mengulurkan tangan dan meremas tangan Diana. "Kata-kata yang indah."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun