Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Menolak Takdir

23 Desember 2021   20:43 Diperbarui: 23 Desember 2021   20:44 574
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Warnanya luar biasa." Diana berbicara, tetapi matanya tetap tertuju pada putrinya.

"Disebut Warm Ivory."

"Oh ya? Persis seperti dia, dan detailnya... sangat sempurna."

Maria menatap sepatu bot kerjanya. "Kamu tahu, kebanyakan orang tidak terlalu tertarik dengan bagaimana aku melakukan apa yang kulakukan. Yang penting bisa mengisi lubang dalam hidup mereka."

"Oh saya tahu." Diana menghela napas panjang. "Dan matanya?"

"Kaca yang ditiup."

Diana menempatkan Mimi di kursi di sebelah Tuan Bobo. Maria membantu Diana membuka kancing bagian belakang gaun Mimi. Maria dengan lembut menyelipkan jari-jarinya di bawah lipatan tipis kulit Mimi, membuka penutup belakang dan memasukkan tangannya ke dalam rongga. Diana mondar-mandir dengan gelisah.

"Sama dengan Martin?"

"Sangat mirip. Ke dasar tengkorak, belok ke kiri."

Maria membutuhkan waktu beberapa detik sebelum menutup bagian belakang dan melangkah mundur.

Hening.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun