Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

CMP 27: Bunga Bakung di Pantai Sunyi

17 Oktober 2021   07:36 Diperbarui: 17 Oktober 2021   07:56 407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sepasang kekasih itu mencapai ujung tebing yang tinggi. Angin bertiup kencang, seolah-olah marah karena batas keramatnya telah dilanggar. Awan hitam bagai selimut membungkus matahari, membuat pantai teluk berbentuk bulan sabit dengan pasir cokelat dan air biru tua.

Pria remaja itu menatap jauh ke dalam mata sang gadis, tetapi dia tidak melihat apa pun selain wajahnya yang mencintai diri sendiri, dan merasa sangat puas. Dia memeluk gadis itu sepenuh jiwa dan raga.

"Kamu tidak akan membiarkan aku melompat sendirian sekarang, kan?"

Mereka melepaskan pelukan dan mata gadis itu turun menatap tanah, lalu ke cakrawala yang gelap dan kemudian kembali padanya sambil tersenyum ragu-ragu.

"Tidak. Tidak akan pernah."

Dan sang pria gagal menangkap makna di balik getar nada suaranya.

"Ayo kita lakukan!"

Mereka mundur beberapa langkah agar bisa melompat lebih jauh dari bebatuan mematikan di bawahnya. Melepaskan jalinan jemari tangan mereka, sehingga mereka akan jatuh di tempat yang berbeda agar tidak saling melukai secara tidak sengaja.

"Satu, dua, tiga!" seru si pria dan dia berlari.

Dia melompat dan melihat ke belakang untuk melihat mengapa tiba-tiba, dia merasa sendirian. Perasaan yang tidak dapat dijelaskan dan sungguh-sungguh....

Gadis itu berdiri di sana diliputi oleh ketakutan, hilang kendali, berteriak mengalahkan suara angin yang bertiup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun