Tentu saja. Pagi yang dingin setelah hujan semalaman dengan cangkir kopi bermotif kincir angin di tanganmu, mengenakan syal itu, bahkan ketika secara tidak sengaja ujungnya tercelup ke dalam kuah sup makan malam. Katrin menyekanya, menarikmu ke depan, dan menempelkan pipi ke pipimu.
Dia merasa hangat saat itu. Dia merasa kedinginan sekarang.
"Kenapa kamu memakainya?"
"Aku pikir itu akan bagus untuk acara khusus." Ya, acara khusus. Yang sudah lama kamu pikirkan. Duduk di kursi berlengan, mengutak-atik seutas benang seiring berjalannya waktu.
Dia mengambil tanganmu. Ada kotoran di bawah kukunya. "Bagaimana?"
Kamu berhenti sejenak untuk mengingat, dan kamu ingat mengapa kamu memilih hari ini. Kamu biasanya melihat Katrin pada hari Sabtu, tetapi hari ini adalah hari Minggu. Kamu memilih hari lain karena hari ini berbeda, karena kamu ingin bertemu dengannya lebih dari sehari. Karena kamu tidak tahan berada di rumah kosong tanpa dia.
Kamu meletakkan tanganmu di atas tangannya, membawanya ke mulutmu, mencium buku-buku jarinya.
"Sudah waktunya, sayang."
Tangannya mengerat di sekitarmu. "Kamu yakin?"
Kamu menatap melalui bahunya, ke kuburannya, yang telah kamu kunjungi selama lebih dari satu dasawarsa. Yang dia tinggalkan untuk datang menemuimu. Dan kamu melihatnya.
Kamu melihatnya.