Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

CMP 15: Juli Jatuh Cinta

25 Juli 2021   09:22 Diperbarui: 6 April 2022   00:07 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Shutterstock

Juli mendorong dokter atau perawat dan terseok-seok hampir tersandung membuka pintu bertanda Tangga Darurat.

Bukankah ini darurat? Mendarat di rumah sakit sendirian, terluka, terhubung mesin, tepat setelah bertemu cinta sejatimu?

Bukankah cinta datang kapan saja secara mendadak?

Di belakangnya, suara perawat atau dokter bergema di udara, berteriak, "Hei!" dan "Tolong!" dan "Tunggu!". Tapi Juli tetap menyeret kakinya yang telanjang melangkah menuruni tangga beton, meskipun jantungnya berdegup kencang sampai memekakkan telinganya. Meskipun dunia mulai  berputar menari salsa.

Dan ketika dia akhirnya mencapai dasar tangga, dengan pandangan gelap dan keringat mengalir membasahi lehernya, Juli Pepa menendang pintu keluar seperti hendak meruntuhkan tembok China. Dan gemuruh riuh lalu lintas kota menyembur seperti tepuk tangan dan sorak sorai yang menggelegar dan---

***

Pria berkacamata hitam itu terus mondar-mandir di ruangan bercahaya temaram itu.

"Dia membuang-buang waktu kita," katanya. Dia menendang sesuatu---keranjang sampah, mungkin. Juli tidak bisa melihat dengan baik dari sudut ini---dan dia berkata, "Kita hanya punya waktu beberapa menit, dan dia malah mencium si bodoh itu di taman. Dan kemudian tertangkap di rumah sakit!"

Tapi Agustus memegang tangan Juli dan menyorotkan senter ke matanya, lalu berkata kepada pria itu, "Dia bisa melakukannya. Dia adalah kesempatan terbaik yang kita punya."

Kemudian dia mematikan lampu senter dan menatap Juli yang balas menatap melalui bintik-bintik dan kabut silau akibat lampu sorot. "Juli?" katanya. "Kamu harus mendapatkan kode peluncuran itu. Dunia, dipertaruhkan di sini. Dapatkah engkau melakukannya?"

Dan Juli hanya menyipitkan matanya dan berkata, "Kalau begitu, berhentilah membuang-buang waktu. Kirim aku kembali ke sana."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun