Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Daripada Memaki-maki Televisi ...

13 Juni 2020   13:18 Diperbarui: 13 Juni 2020   13:15 512
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dari kursinya, aku melihat anak-anak bersepeda dan bermain layangan di jalan. Mereka membicarakan tugas sekolah yang disampaikan guru lewat internet. Aku mendengarkan kicauan mereka sebentar. Setelah Nisa tiada, hanya merekalah penghiburku.

Gerimis mulai merinai. Tak lama kemudian, tetes-tetes kesepian berubah menjadi badai kesedihan.

Aku mencondongkan badan ke luar jendela untuk mengamati keadaan sekitar. Air hujan membersihkan mobil yang parkir di seberang jalan, memandikan pepohonan dan atap rumah, membasahi topi dan jenggotku.

Anak-anak berhamburan pulang. Seorang gadis kecil di lantai atas rumah depan menekan wajahnya ke kaca jendela. Dia melambai padaku. Dengan topi dan jenggot basah kuyup begini, tampangku pasti mirip badut ulang tahun. Aku tersenyum, balas melambai.

Mungkin besok jenggotku akan kucukur, setelah itu berjalan-jalan dalam hujan dan menyapa para tetangga. Aku belum bisa memastikannya sekarang.

Mungkin, lebih baik mencoba sesuatu yang baru.

Bandung, 13 Juni 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun