Mohon tunggu...
Jie Laksono
Jie Laksono Mohon Tunggu... Wiraswasta - What is grief if not love perseverance?

Ketika kata lebih nyaman diungkapkan lewat tulisan ketimbang lisan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Jenazah yang Berpindah

19 Januari 2021   17:44 Diperbarui: 19 Januari 2021   18:11 1045
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrasi sumber:https://bigthink.com/surprising-science/dead-bodies-move

Evha berjalan sendiri di sebuah jalan bertanah liat yang becek. Pemandangan di depannya begitu hijau, kabut samar tidak berhasil menutupi indahnya pemandangan tersebut. Di kanan Evha terdapat tebing yang terlihat tampak curam, sedangkan di kirinya terlihat lembah landai yang ditanami hamparan pohon singkong. Tidak percaya Evha ketika menyadari tempat yang begitu indah ini hanya kurang dari dua jam perjalanan dari bisingnya ibukota.

Tiba-tiba Evha merasa kepalanya di bagian belakang begitu sakit, seperti terhantam batu. Sambil mencoba menengok ke belakang, seketika ia tersungkur. Seorang pria mengenakan masker leher, yang menutupi seluruh wajah kecuali matanya, terlihat mengangkat batu besar dengan kedua tangannya. Rupanya kepala bagian belakang Evha benar-benar dihantam batu besar oleh pria itu.

Seketika pria itu kembali mengayunkan tangannya. Sekilas, Evha melihat tattoo yang tidak asing di tangan kanan pria itu. Masker yang dikenakan pria itu tidak mampu lagi menutupi identitasnya buat Evha. Evha kenal pria itu. Tiba-tiba rasa sakit di kepala Evha menghilang, matanya terasa begitu berat.

Hari itu sabtu, 2 Juni 2018, di antara pepohonan singkong, Evha kehilangan kesadarannya.

***

Hari ini, Rabu 15 Juni 2018

"Izin bang, orangnya sudah datang" kata seorang pria berpakaian dinas kepolisian kepada Sigit, senior yang kini atasannya. Sigit bangkit dari tempat duduknya, sambil mengambil berkas tebal yang dikumpulkan dalam sebuah binder. Tertulis nama "Evha Permata" di binder tersebut.

Sejenak ia melihat tanggal di meja kerjanya, 15 Juni 2018. Sudah hampir dua minggu Sigit menangani kasus pembunuhan pertamanya ini, hitungnya. Kasus dengan empat tersangka utama ini benar-benar menguras tenaga dan pikirannya.

Bagaimana aku bisa membiasakan diri mengurus kasus-kasus pembunuhan seperti ini, pikirnya. Berhari-hari ia sudah mewancarai para tersangka itu, kini ia yakin siapa pelaku sebenarnya. Dengan langkah mantap, sambil membawa binder tersebut.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun