Mohon tunggu...
Jie Laksono
Jie Laksono Mohon Tunggu... Wiraswasta - What is grief if not love perseverance?

Ketika kata lebih nyaman diungkapkan lewat tulisan ketimbang lisan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Jenazah yang Berpindah

19 Januari 2021   17:44 Diperbarui: 19 Januari 2021   18:11 1045
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrasi sumber:https://bigthink.com/surprising-science/dead-bodies-move

***

8 Hari yang lalu, Kamis 7 Juni 2018

Di hari yang berbeda tetapi masih di ruangan yang sama, seorang pria berjas rapih tanpa dasi, duduk santai sambil menumpangkan kaki kanan ke kaki kirinya. Wajahnya terlihat begitu familiar. Bila seseorang sering melewati jalan-jalan di Kota Bogor, wajah pria ini sangatlah tidak asing. Nampaknya salah satu partai banyak berinvestasi pada pria tersebut di masa Pilkada ini, dengan banyak memasang balihonya di setiap penjuru kota.

Sigit membuka pintu ruangan tersebut. Pria berjas tersebut terkejut, tapi terlihat sangat berusaha menutupi keterkejutannya. Sambil membawa binder besarnya, Sigit duduk di hadapan si pria.

"Pagi Pak Beni, terima kasih sudah datang" sapa Sigit

"Iya, selama ini saya sangat berusaha untuk kooperatif dengan kepolisian. Tapi masalah ini benar-benar mengganggu kampanye saya. Belum kalau nanti media tahu saya bolak-balik kantor polisi" jawab Beni mengeluh panjang. Sigit diam saja mendengar jawaban Beni.

"Begini saja, ini adalah kali terakhir kali saya ke kantor polisi mengenai masalah Evha Permata. Jika pihak kepolisian ingin bertanya lebih lanjut, silahkan temui saya. Dan lagi, saya sudah sampaikan semua yang saya tahu tentang Evha Permata. Dia hanya mantan karyawan perusahaan travel dan umroh milik saya, dan berhenti 8 bulan lalu, atas kemauan Evha sendiri, katanya mau lanjut kuliah, jadi bukan saya pecat" kata Beni panjang lebar. Sigit terlihat diam saja, tidak mengindahkan penjelasan panjang lebar Beni.

"Kapan terakhir kali Pak Beni bertemu dengan Evha" tanya Sigit, sambil mengeluarkan tiga buah foto dari binder yang kemudian ia taruh di depan Beni secara terbalik.

Sebelum Beni menjawab, Sigit sudah menanyakan pertanyaan lain, "Pak Beni tahu di mana Evha tinggal?"

"Evha tinggal di Bekasi, di dekat kampus swasta tempat ia kuliah, kost kecil sederhana tanpa AC dengan kamar mandi di luar. Tetapi ia punya tempat tinggal lain" jawab Sigit menjawab pertanyaannya sendiri.

Sambil membuka foto pertama di depan Beni, Sigit mengatakan "Itu adalah tempat tinggal kedua Evha. Kost mewah di Jakarta Pusat".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun