Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerita Kakek

10 Januari 2016   16:29 Diperbarui: 10 Januari 2016   16:38 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pendahuluan

Setelah enam tahun (Jan.2010-Des.2015) hidup saya diwarnai dengan kegembiraan “menulis” di Kompasiana, kesana kemari dari prosa ke puisi, melintas moralitas, mengulas peristiwa keseharian social budaya serta curhatan rekan seperjalanan, apa yang kemudian tampak menggejala adalah semua apa yang harus terjadi pada semua lansia. Keterbatasan bukan pada kesadaran bukan pada semangat dan kemauan, tetapi lebih pada sejak mulai menulis yang ada adalah sisa-sisa potensi yang harus dilola, dengan rasa syukur dan suka cita atas segala yang pernah Tuhan titipkan kepada saya.
Cerita Kakek akan menjadi seri kisah seorang kakek. Kakek itu bisa kakek saya, atau ayahnya ayah saya. Bisa dia ayah saya kakeknya anak saya. Bisa saya sendiri kakeknya cucu saya tersayang. Menanggapi peristiwa pelbagai macam yang actual akan diangkat dalam cerita fiktif seorang kakek. Pengalaman atas dasar catatan memori, yang mungkin tidak dapat didukung oleh data tertulis terlukis, lebih nyaman disajikan dengan metafora metafora dalam fiksi dan cerita. Atau kabar sederhana tanpa foto tanpa statistic, dan dukungan ilmiah. Itu gaya Cerita Kakek.

Kakek Desa Rangkat.(CK.1)

Tentang Realita orangnya tidak fiktif, tetapi pergumulannya didalam penulisan fiksi. Kakek Desa Rangkat muncul seperti kupu-kupu tampak ketika bunga bunga pada mulai mekar memperlihatkan pesona dan semerbak aroma madu. Ketika desa Rangkat itu semakin menunjukkan citranya : “Sebuah Desa Impian telah tercipta dan lahir di dunia maya (20 Oktober 2010)”. “Desa Rangkat Namanya, berlokasi di Bukit Prosa kecamatan Fiksi .......” Disana penghuni tua muda ………….“tumbuh bersama, saling mendukung laksana saudara, menepis jarak yang ada antara maya dan nyata, meski datang dari berbagai latar belakang yang berbeda beda, tak ada batas antara si miskin dan si kaya, tua ataupun muda, semua sama”…….. “Desa ini Desa Fiksi, tempat perahu hidup insan berlabuh dari pengembaraan di samodra luas, disana desa menyambut dengan senyuman dukungan dan simpati, bantuan memperbaiki sarana prasarana hati agar berani kembali mengarungi lautan lagi.”……….

Desa ini muncul ditengah gelora kompasiana dipenuhi umpatan, hinaan dan saling berserapah, mungkin karena beda paham mungkin karena beda selera, bahkan mungkin karena beda agama. Desa Rangkat adalah seperangkat solusi terlahir oleh kesamaan hasrat manusia berbakat damai berniat tulus dan berhati jujur menulis dalam kancah kebersamaan……………

“Diskusi Elok Sarat Asah Asih asuh dalam Rangkaian Kata….menjadi napas dan sendi dalam hubungan sesama warga……tak ada tempat untuk muslihat dan kebencian, …. perbedaan pendapat tak seharusnya melahirkan permusuhan,……Rasa Cinta kasih dan saying jadikan pedoman”. ( dalam tanda kutip diangkat dari puisi Mommy Bu Kades, di kolom Fb, Grup Desa Rangkat) Kutipan diatas sengaja diambil dari Fb. Groep Desa Rangkat, dengan hampir tanpa perubahan justru untuk menampilkan profile asli dan brand yang harus dibawa kemana mana.

Termasuk Kakek, sebagai warga Desa Rangkat, pasti membawa diantaranya ciri-ciri Desa Rangkat betapapun tipisnya. Seperti akhir tahun yang baru lalu sebuah puisi, sekali lagi puisi,(bukan analisa politik) karya kakek termasuk di: “Dan 10 Puisi Natal terbaik yang mendapatkan paket buku dari Penerbit Kanisius adalah: - Agustinus Wahyono - Emmanuel Astokodatu - Hantus Tommy - Pical Gadi - Riana Dewie - Selda Penulis Krucil - Sellyn Penulis Cilik - Sisca Dewi - Teha Sugiyo - Theresia Sri Rahayu” Selengkapnya : http://fiksiana.kompasiana.com/androgini/pengumuman-pemenang-event-fiksi-bersambung-dan-puisi-natal_568249e479977336078f22d8

Kata Kakek itu mengingatkan pada Natalan tahun 1956 dia mendapat hadiah kejuaraan menulis yang diselenggarakan oleh sebuah majalah sekolah local “Aquila” dan diterimakan baginya sebuah buku berjudul “Mutiara Keutamaan”. Buku nasehat bagi remaja bagaimana bisa menjaga kemurnian hati jauh dari percabulan; buku bahasa Jawa yang sekarang sudah sangat langka.

Mengenai puisi itu sendiri Kakek berkomentar. Natal selalu menberi berkat pada Kakek. Sebab Kakek menyandang nama seperti yang diberikan oleh Nabi Isaias kepada Anak yang di”natal”kan pada tanggal 25 Desember: Emmanuel berarti “Tuhan Beserta Kita”. Tentang tulis menulis itu Kakek mengaku bahwa dia bukan “penyair” seperti Bu Selsa atau Oom Edy Priatna dkk, Kakek hanya membuat powerpoint dan merangkai kata layaknya (baca: lagaknya) warga Desa Rangkat. Tidak tahu menahu puisinya jadi dan satu dua dihargai di Kompasiana. Kuncinya ada pada pemilihan kata indah tetapi tak kehilangan makna substansinya berdasarkan KBI. Kakek memang bukan penulis professional, kalau disebut amatiranpun tidak dari sononya. Tetapi semboyannya belajar berbagi kelola sisa semangat hingga akhir hayat.

Mulai tahun 2016 ini Kakek ingin bertapa di “gubug mimpi” dibelakang Gardu Ronda Desa Rangkat. Disana akan ditemani banyak kaum muda setengah tua seperti Bang Inin, Bang Ibay, Bang Trie dari Padang Pasir, Bang Christian dari Timor. Pasti para sesepuh pun akan sering datang Ayah Windu Hernowo, Oom EdyPri, Pak Mantan Kades Yayok, para Ibu Sesepuh disana mudah dihubungi. Tentu tak perlu dikatakan “para remaja centil” dan pegiat desa seperti Selvy Jingga, Ranti Tirta, Dewa Yang Putri, Asih, dst. Kakek yakin Gubug Mimpi pasti meriah. Karena disana akan terjadi diskusi elok sarat asah asih asuh, gelar baca puisi, dan cerita panjang dan pendek, lebih lebih ceritera pengalaman Kakek. Bahkan Kakek sudah siapkan beberapa cerita pengalaman bergumul dalam pertemanan bisnis, pertemanan bertani, pertemanan spiritual pedesaan. Pokoknya berkunjunglah ke Gubug Mimpi bersama Kakek Rangkat, pasti mendapat kesegaran lahir batin. Sebab itulah tadi dikatakan kita berteman, bersaudara belajar, berbagi penuh semangat hingga akhir hayat.
Menulis di Kompasiana genap enam tahun, mendapat peluang luas untuk belajar, berteman, bersahabat, bersaudara, berbagi, dari mata turun kehati, dari maya pun ketemu didunia nyata ini. Dalam kebersamaan terbuka juga dalam kebersamaan tertutup pada sebuah grup di Fb, seperti grup Planet Kenthir, Fiksiana Community, grup keluarga, grup alumni sekolah, atau grup hati Desa Rangkat ini.
Terima kasih Kompasiana, Selamat Tahun Baru dan marilah kita berjalan terus.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun