Mohon tunggu...
Asep Setiawan
Asep Setiawan Mohon Tunggu... Membahasakan fantasi. Menulis untuk membentuk revolusi. Dedicated to the rebels.

Nalar, Nurani, Nyali. Curious, Critical, Rebellious. Mindset, Mindmap, Mindful

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Menggagas Nasionalisasi Pertanian

4 Agustus 2025   11:54 Diperbarui: 4 Agustus 2025   11:54 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Namun ketika disesuaikan dengan inflasi (upah riil), terjadi penurunan daya beli yang konsisten sejak 2021, terutama karena harga bahan pangan melonjak lebih cepat daripada upah.

Dengan kondisi seperti ini, menjadi buruh tani bukanlah jalan untuk keluar dari kemiskinan, melainkan lingkaran setia pada pekerjaan yang sudah tidak menjanjikan harapan jangka panjang.

3. Menyusutnya Jumlah Petani: Krisis Regenerasi Agraria

BPS mencatat penurunan signifikan dalam jumlah rumah tangga petani:

Pada 2013, ada sekitar 26 juta rumah tangga petani.

Tahun 2023, jumlah itu menyusut menjadi 16,8 juta, turun hampir 10 juta dalam satu dekade.

Dan yang lebih mengkhawatirkan: sebagian besar petani kini berusia di atas 45 tahun, dengan sangat sedikit generasi muda yang ingin melanjutkan usaha tani.

Hal ini didorong oleh:

Ketidakpastian pendapatan

Minimnya akses terhadap lahan dan teknologi

Rendahnya citra sosial profesi petani

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun