Ini sama aja kayak ada menu "jus nenek", tapi ternyata itu jus untuk nenek, bukan jus dari nenek.
Kacau nggak tuh?
Jadi, demi keselamatan kita semua, mulai sekarang mungkin perlu ditambahkan keterangan:
"Bubur untuk bayi, bukan dari bayi."
Biar gak ada yang trauma waktu mau sarapan.
3. Susu Jahe: Jahe Mana Punya Susu?!
Lo semua pasti pernah lihat di warung, angkringan, atau abang-abang gerobakan ada tulisan:
"SUSU JAHE ANGET"
Dan setiap kali gue baca itu, muncul satu pertanyaan filosofis yang belum pernah dijawab sama Einstein, Stephen Hawking, apalagi Denny Cagur:
"Sejak kapan jahe punya susu?!"
Bayangin jahe, si akar pedas yang hidupnya keras, nyangkut di bawah tanah, tiap hari kehujanan, kepanasan, kegencet batu...
Lo pikir dia sempat punya kelenjar susu?
Dan jangan bayangin ekstrim dulu kayak sapi perah versi herbal. Enggak!
Jahe itu bukan mamalia, bro. Bahkan keluarga jauh pun bukan.
Tapi lo tau yang lebih lucu?
Waktu gue iseng nanya ke abang penjualnya,
"Bang, ini susu jahe, susunya dari jahe asli?"
Abangnya jawab sambil ketawa:
"Enggak lah, bang. Ini susu sapi dikasih jahe."
Gue diem.
Gue merasa... dikhianati.
Nama yang dikasih enggak jujur. Ini bukan susu jahe.
Ini susu sapi yang dicekokin jahe sampai dia gak bisa protes.
Analogi paling dekat?
Kayak mantan lo yang tiba-tiba bilang, "Aku berubah sekarang..."
Tapi pas dicek... yang berubah cuma gaya rambut. Isi hatinya? Masih sama, penuh rasa yang gak jelas.