Kini, ketika cucu-cucu saya sudah cukup besar untuk diajak bermain, saya mengajak mereka untuk ikut menyaksikan dan belajar cara membuat ketupat. Bukan hanya tentang keterampilan menganyam, tetapi juga tentang nilai-nilai kehidupan.Â
Lewat proses ini, saya ingin menanamkan kedisiplinan, keuletan, serta rasa menghargai hasil karya orang lain. Dengan cara sederhana ini, saya berharap mereka bisa memahami bahwa sesuatu yang bernilai tidak selalu datang secara instan, tetapi butuh usaha dan ketekunan. Ini adalah bagian kecil dari menanamkan karakter sejak dini, melalui janur, anyaman, dan kebersamaan.
Namun, seiring berjalannya waktu, keterampilan menganyam ketupat semakin jarang dikuasai. Banyak orang lebih memilih jalan pintas, langsung membeli di pasar daripada meluangkan waktu untuk membuatnya sendiri. Tradisi yang dulunya begitu erat dengan kebersamaan kini perlahan tergeser oleh kemudahan yang ditawarkan zaman.
2. Opor Ayam
Ketupat tak lengkap rasanya tanpa lauk pendamping yang pas, dan bagi keluarga kami, opor ayam selalu menjadi pilihan utama. Untuk urusan memasak, istri saya yang memegang kendali, dibantu oleh anak-anak kami, tiga perempuan yang mulai terbiasa dengan dapur sejak kecil.Â
Tugas saya sendiri cukup sederhana: menyembelih ayam dan menyianginya hingga bersih. Namun, untuk urusan memotong daging, saya menyerahkan sepenuhnya kepada istri. Bukan tanpa alasan, jika saya yang memotong, hasilnya sering kali tidak beraturan. Ada potongan yang terlalu besar, ada juga yang kecil sekali. Akibatnya, ketika dimasak, beberapa bagian justru hancur dan membuat tampilan opor kurang menarik. Jadi, lebih baik saya fokus pada tugas awal, sementara urusan pisau dan potongan rapi tetap menjadi keahlian istri saya.
3. Rendang.
Rendang bukan hanya milik orang Padang. Masakan khas Minang yang kaya rempah ini sudah menjadi menu wajib di banyak rumah saat lebaran, termasuk di keluarga kami. Meskipun bukan orang Padang, kami tetap berusaha menghadirkan rendang sebagai pelengkap hidangan hari raya.Â
Untuk urusan memasak, istri saya yang bertanggung jawab penuh. Sementara itu, saya hanya kebagian tugas sederhana---mengupas dan memarut kelapa, bagian yang tetap penting untuk menghasilkan santan kental sebagai kunci kelezatan rendang.Â
Tentu saja, soal rasa pasti ada perbedaan antara rendang yang dimasak oleh orang asli Padang dengan rendang buatan kami. Namun, setidaknya dari segi bentuk dan tampilan, hasilnya cukup mirip. Jadi, mohon maaf ya, saudara-saudara dari Padang---kami memang meniru, tapi tenang saja, ini hanya untuk konsumsi sendiri, bukan untuk dijual, hehehe.
4. Kue Kering