Dengan pola pikir baru berbasis ekonomi perilaku, dana yang besar ini seharusnya bisa mengalir layaknya darah segar yang memperkuat urat nadi perekonomian. Mulai dari konsumsi rumah tangga meningkat dengan cara yang lebih sehat, ekspansi usaha UMKM/pelaku ekonomi kreatif hingga dorongan untuk melakukan investasi produktif bukan konsumtif.
Tentu banyak pilihan kebijakan berbasis perilaku yang bisa dirancang untuk mendukung suksesnya strategi pembalikan ekonomi ini.Â
Pendekatan Nudge dan arsitektur pilihan, misalnya, membuat stimulus keuangan tidak hanya cair, tetapi bisa diarahkan agar mendorong perilaku produktif.Â
Memberi label bahwa anggaran ini untuk "modal usaha", Â secara psikologis membuat dana tidak cepat habis untuk konsumsi. Begitu halnya dengan penggunaan framing positif. Jika stimulus ini dikomunikasikan sebagai "investasi masa depan keluarga dan usaha" akan merubah persepsi bahwa ini bukan "bantuan sementara".
Alih-alih mengirim pesan default kepada calon debitur UMKM berupa tawaran skema kredit produktif sebaiknya gunakan label psikologis nudge, misalnya dengan menyebut kredit sebagai "modal usaha produktif" bukan "pinjaman". Hal ini akan meningkatkan niat menggunakan untuk investasi (bukan konsumtif).Â
Menggunakan efek keteladanan (social norms) sebagai desain kebijakan berbasis narasi kolektif juag bisa mendorong kebijakan stimulus ini lebih efektif.  Narasi seperti "8 dari 10 UMKM telah menggunakan stimulus untuk memperbesar usaha", atau testimoni kisah sukses penerima bantuan  tidak hanya memengaruhi individu, tetapi juga membentuk budaya ekonomi yang baru di kalangan penerima dana stimulus.
Stimulus Rp200 triliun  bukan sekedar angka. Dengan sentuhan kebijakan berbasis perilaku, stimulus ini seharusnya bisa mendorong hadirnya perilaku ekonomi yang baru.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI