Kontroversil? Out of the box? Bisa dikatakan gaya koboy Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa mewakili keduanya. Gebrakanya sehari setelah dilantik menjadi sejarah baru dalam kebijakan fiskal. Menggelontorkan simpanan Rp200 triliun uang pemerintah di Bank Indonesia ke bank-bank Himbara.
Meski demikian, kebijakan ini seharusnya tidak lagi bisa bersandar pada kalkulasi angka semata. Perlu pertimbangan terhadap perilaku aktor ekonomi  yang sering tidak rasional dan menyebabkan kebijakan terkadang tidak efektif.
Saat 200 trilyun mengalir dalam urat nadi perekonomian, terjadinya pertumbuhan tidak semata karena dana besar itu. Keberhasilnya juga karena cara cerdas mendesain pilihan, mendorong perilaku, dan membangun kepercayaan.
Banyak kalangan yang merasa khawatir dan tidak yakin. Kebijakan tradisional sering berasumsi bahwa dengan memberi likuiditas, masyarakat otomatis akan belanja, investasi, atau berproduksi.
Faktanya, keputusan finansial tidak hanya rasional, melainkan juga dipengaruhi oleh emosi, bias kognitif, dan norma sosial. Sebagian masyarakat mungkin akan tetap memilih menyimpan uang di bawah bantal daripada menabung di bank. UMKM bisa jadi tetap ragu dengan prospek ekonomi dan mungkin menahan diri untuk ekspansi meski ada subsidi bunga.
Ketidakyakinan juga datang dari  sisi permintaan. Bagaimana misalnya jika produksi tidak meningkat, pengembalian kredit yang macet, penggunaan kredit hanya konsumtif atau malah terjadi  penyelewengan dan korupsi?Â
Jika hal ini terjadi maka kebijakan pembalikan arah ekonomi tidak berimbas efek pengganda ke sektor rill dan bahkan justeru makin membebani perekonomian nasional.
Karenanya, perlu ada strategi cerdas untuk mengantisipasi hal ini.  Kebijakan yang diambil tidak bisa konvensional  dengan pendekatan struktural semata.Â
Kebijakan berbasis perilaku akan mendorong hadirnya keputusan ekonomi yang lebih sesuai sekaligus bisa membangun kepercayaan. Â Karena kunci keberhasilannya terletak pada desain kebijakan yang tidak hanya memberi "ikan", tetapi juga "kail".
Dalam kacamata behavioural sight, ada pertimbangan tentang sifat manusia yang tidak selalu rasional dalam pengambilan keputusan. Manusia memiliki keterbatasan kognitif, bias. Pengaruhi emosi juga selalu tidak lepas dalam pengambilan keputusan.Â
Dengan pola pikir baru berbasis ekonomi perilaku, dana yang besar ini seharusnya bisa mengalir layaknya darah segar yang memperkuat urat nadi perekonomian. Mulai dari konsumsi rumah tangga meningkat dengan cara yang lebih sehat, ekspansi usaha UMKM/pelaku ekonomi kreatif hingga dorongan untuk melakukan investasi produktif bukan konsumtif.
Tentu banyak pilihan kebijakan berbasis perilaku yang bisa dirancang untuk mendukung suksesnya strategi pembalikan ekonomi ini.Â
Pendekatan Nudge dan arsitektur pilihan, misalnya, membuat stimulus keuangan tidak hanya cair, tetapi bisa diarahkan agar mendorong perilaku produktif.Â
Memberi label bahwa anggaran ini untuk "modal usaha", Â secara psikologis membuat dana tidak cepat habis untuk konsumsi. Begitu halnya dengan penggunaan framing positif. Jika stimulus ini dikomunikasikan sebagai "investasi masa depan keluarga dan usaha" akan merubah persepsi bahwa ini bukan "bantuan sementara".
Alih-alih mengirim pesan default kepada calon debitur UMKM berupa tawaran skema kredit produktif sebaiknya gunakan label psikologis nudge, misalnya dengan menyebut kredit sebagai "modal usaha produktif" bukan "pinjaman". Hal ini akan meningkatkan niat menggunakan untuk investasi (bukan konsumtif).Â
Menggunakan efek keteladanan (social norms) sebagai desain kebijakan berbasis narasi kolektif juag bisa mendorong kebijakan stimulus ini lebih efektif.  Narasi seperti "8 dari 10 UMKM telah menggunakan stimulus untuk memperbesar usaha", atau testimoni kisah sukses penerima bantuan  tidak hanya memengaruhi individu, tetapi juga membentuk budaya ekonomi yang baru di kalangan penerima dana stimulus.
Stimulus Rp200 triliun  bukan sekedar angka. Dengan sentuhan kebijakan berbasis perilaku, stimulus ini seharusnya bisa mendorong hadirnya perilaku ekonomi yang baru.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI