Mohon tunggu...
Aryanto Husain
Aryanto Husain Mohon Tunggu... photo of mine

Saya seorang penulis lepas yang senang menulis apa saja. Tulisan saya dari sudut pandang sistim dan ekonomi perilaku. Ini memungkinkan saya melihat hal secara komprehensif dan irasional.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

200 Trilyun, Stimulus Keuangan Atau Stimulus Perilaku Ekonomi Baru?

15 September 2025   08:02 Diperbarui: 15 September 2025   08:02 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saat audiensi dengan Menteri Bappenas (foto dokumen pribadi)

Kontroversil? Out of the box? Bisa dikatakan gaya koboy Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa mewakili keduanya. Gebrakanya sehari setelah dilantik menjadi sejarah baru dalam kebijakan fiskal. Menggelontorkan simpanan Rp200 triliun uang pemerintah di Bank Indonesia ke bank-bank Himbara.

Meski demikian, kebijakan ini seharusnya tidak lagi bisa bersandar pada kalkulasi angka semata. Perlu pertimbangan terhadap perilaku aktor ekonomi  yang sering tidak rasional dan menyebabkan kebijakan terkadang tidak efektif.

Saat 200 trilyun mengalir dalam urat nadi perekonomian, terjadinya pertumbuhan tidak semata karena dana besar itu. Keberhasilnya juga karena cara cerdas mendesain pilihan, mendorong perilaku, dan membangun kepercayaan.

Banyak kalangan yang merasa khawatir dan tidak yakin. Kebijakan tradisional sering berasumsi bahwa dengan memberi likuiditas, masyarakat otomatis akan belanja, investasi, atau berproduksi.

Faktanya, keputusan finansial tidak hanya rasional, melainkan juga dipengaruhi oleh emosi, bias kognitif, dan norma sosial. Sebagian masyarakat mungkin akan tetap memilih menyimpan uang di bawah bantal daripada menabung di bank. UMKM bisa jadi tetap ragu dengan prospek ekonomi dan mungkin menahan diri untuk ekspansi meski ada subsidi bunga.

Ketidakyakinan juga datang dari  sisi permintaan. Bagaimana misalnya jika produksi tidak meningkat, pengembalian kredit yang macet, penggunaan kredit hanya konsumtif atau malah terjadi  penyelewengan dan korupsi? 

Jika hal ini terjadi maka kebijakan pembalikan arah ekonomi tidak berimbas efek pengganda ke sektor rill dan bahkan justeru makin membebani perekonomian nasional.

Karenanya, perlu ada strategi cerdas untuk mengantisipasi hal ini.  Kebijakan yang diambil tidak bisa konvensional  dengan pendekatan struktural semata. 

Kebijakan berbasis perilaku akan mendorong hadirnya keputusan ekonomi yang lebih sesuai sekaligus bisa membangun kepercayaan.  Karena kunci keberhasilannya terletak pada desain kebijakan yang tidak hanya memberi "ikan", tetapi juga "kail".

Dalam kacamata behavioural sight, ada pertimbangan tentang sifat manusia yang tidak selalu rasional dalam pengambilan keputusan. Manusia memiliki keterbatasan kognitif, bias. Pengaruhi emosi juga selalu tidak lepas dalam pengambilan keputusan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun