Mohon tunggu...
Arya BayuAnggara
Arya BayuAnggara Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Menulis untuk mengingat luasnya dunia

Menyukai caffeine dan langit biru

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Inner Sanctum (I), Kisah Dua Orang Prajurit

29 November 2018   08:07 Diperbarui: 29 November 2018   08:33 415
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

            Bagaimanapun juga, bukan lah susastra yang menarik perhatian kerajaan di negeri jauh, melainkan suatu materi yang digunakan untuk mengalahkan suatu bangsa yang pernah menguasai negeri ini di masa lalu. Banyak yang bilang itu berupa senjata. Ada juga yang mengatakan bahwa itu berupa mantra atau jampi-jampi lain untuk memacu energi alam, yang kemudian dikenal dengan istilah "sihir." Entah versi mana yang benar, satu hal yang pasti, bahwa kerajaan di negeri yang jauh mengetahui bahwa di TarukoPedang terdapat sebuah batu yang menjadi petunjuk awal dari keberadaan benda-benda misterius itu.

            Lalu, timbul pertanyaan, batu semacam apa? Secara pasti, tidak ada yang mengetahuinya. Akan tetapi, para tetua TarukoPedang pasti mengetahui, setidaknya memiliki informasi tentang baru tersebut. Ini lah yang selalu menjadi bahan pemicu pertikaian antara kastil tempat bersemayam Tuanku dengan desa TarukoPedang. Bahwasanya kastil tersebut, tidak lain, adalah pion dari kerajaan di negeri yang jauh.

            -----------------------------------------------------------------------------------------------------

            "Amin!!! Kau terlihat begitu gagah meski umurmu tidak muda lagi. Hmm, siapa yang menyangka, pada akhirnya, kita akan kembali mengenakan baju besi ini." Ucap Arto.

            "Ya, itu benar. Kita harus segera memastikan situasi di sekitaran kumpulan gagak itu. Aku takut, jika kita lengah beberapa detik saja, keselamatan desa berada di dalam bahaya yang begitu besar."

            "Baik. Ayo segera ke kandang kuda di belakang."

            Sssss... Ssssss.... Ssssss....

            "Aku tidak memahami, mengapa kedua bidak itu begitu bersemangat? Tidak kah mereka menyadari bahwa kehidupan ini akan segera berakhir bagi mereka? Sungguh menyedihkan!!! Padahal, aku bisa saja membuka diriku dari selubung ini dan segera menghabisi mereka. Namun sayang, aku hanya seorang pesuruh tuan Farez. Bukan lah suatu kewenangan bagiku untuk menyerang kedua bidak itu tanpa restu darinya. Sayang sekali, padahal aku begitu ingin demikian."

            Siapa itu?? Mengapa, baik Arto maupun Amin, tidak menyadari keberadaan orang itu sedari tadi?

            Padahal, dia berdiri di atas sebuah dahan pohon di depan pos penjagaan. Apa, apa ada yang aneh di sini? Seharusnya mereka melihat seorang dewasa itu. Akan tetapi, kok bisa jadi begini?

            "Tuan Farez, aku pikir, kita akan segera membentuk lautan darah yang lain. Ka ka ka ka ka..."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun