Mohon tunggu...
Arya BayuAnggara
Arya BayuAnggara Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Menulis untuk mengingat luasnya dunia

Menyukai caffeine dan langit biru

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Inner Sanctum (I), Kisah Dua Orang Prajurit

29 November 2018   08:07 Diperbarui: 29 November 2018   08:33 415
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

            "A... aku tahu, goblok!!! Hanya saja, aku tidak bisa membayangkan kejadian yang kau alami itu. Asal kau tahu, dan memang semestinya, aku tidak pernah merasa ketakutan ketika menghadapi sesuatu yang materil. Akan tetapi, aku meminta maaf, menghadapi sesuatu yang non-existent bukan lah keahlianku." Tandas Arto.

            "Ya, bagaimana ya? Aku juga mengakui bahwa kejadian itu begitu mengerikan. Akan tetapi, aku sendiri pun tidak terlalu memusingkan hal itu. Karena yang terpenting bagiku adalah, aku sembuh kembali! Jadi, terserah lah, semacam ilmu atau energi apa yang berhasil menyembuhkan diriku waktu itu. Karena, bagaimanapun juga, presensi kebahagiaan kedua orangtuaku adalah hal yang paling utama." Tandas Amin.

            Kedua sahabat itu, mereka terlihat begitu akrab. Bahkan di saat-saat genting sekalipun. Setidaknya, sudah 2 kali mereka terlibat di dalam pertempuran. Dan mereka berdua sama-sama selamat dari marabahaya itu. Meski Amin memiliki bekas luka sayatan di wajahnya sebelah kiri, tetapi itu tidak menghilangkan kesan perkasa yang dia miliki. Sementara Arto, dia memang terbebas dari bekas luka macam apa pun. Akan tetapi, mentalnya yang awalnya lemah, seperti dipacu paksa di kedua medan pertempuran tersebut. Jadi, adalah hal yang wajar jika sekilas dia terlihat begitu tenang, sementara di sisi lain dia begitu rapuh dan lemah.

            "Hey, lihat!!! Kenapa ada banyak sekali burung gagak berterbangan di sana? Apa ada sesuatu yang mati di situ?" tanya Arto.

            "Entahlah. Di sekitaran tempat ini memang seakan-akan menjadi sarang bagi burung itu. Tetapi, aku juga belum pernah melihat mereka terbang bersamaan sebanyak itu." Balas Amin.

            Angin yang berembus menghampiri mereka, terasa begitu suram dan seakan-akan membawa pesan kematian yagn mengerikan.

            "Arto, ini, kenapa aku merasa begitu sedih? Seakan-akan jiwaku telah lepas melayang-layang. Apa ini? Perasaan macam apa ini?"

            "Entahlah. Aku pikir, ini adalah saat yang tepat bagi kita untuk kembali bertindak sebagai prajurit. Segera kita kemas kartu-kartu ini. Baju besiku ada di ruangan belakang, tidak salah pedangku juga ada di sana. Tolong ambilkan!!"

            "Baik, Amin. Kita harus segera mencari tahu. Jika ada hal yang aneh, kita harus segera memberitahu para ketua." Tandas Arto.

            ------------------------------------------------------------------------------------------------------

            "Buka gerbangnya!!!" teriak seorang prajurit yang tengah berjaga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun