Dikatakan bahwa menurut terang iman Kristiani, perempuan adalah mitra laki-laki (Kej 2:22) di hadapan Allah, perempuan dan laki-laki adalah anak-Nya (Ardas Keuskupan Bandung, 2000-2005).Â
Kemudian perhatian Gereja Indonesia terhadap tema perempuan dilanjutkan dalam Sidang Agung  Gereja Katolik Indonesia 2005 (SAGKI 2005). SAGKI 2005 mengajak seluruh warga Gereja untuk membangun "habitus baru", yakni membangun konstruksi sosial gender dengan menyediakan bahan katekese yang mendukung komunitas basis untuk memperjuangkan kesetaraan gender, membangun komunitas basis sebagai komunitas alternatif yang adil gender.
Martabat Manusia Manusia Laki-Laki dan Perempuan sebagai Citra AllahÂ
Menurut "Surat Kongregasi Ajaran Iman Kepada Para Uskup Gereja Katolik", unsur yang paling hakiki dari pribadi manusia yang patut digarisbawahi adalah terutama fakta bahwa manusia itu pribadi, pria dan perempuan sama-sama pribadi, karena keduanya diciptakan menurut gambar dan rupa Allah yang juga Pribadi.Â
Oleh sebab itu, kesetaraan martabat laki-laki dan perempuan sebagai pribadi hendaknya ditanggapi dengan pendekatan relasional dan tidak hanya dengan persaingan atau pembalasan (2004, art. 8).
Pendekatan relasional antara laki-laki dan perempuan dapat dijelaskan berdasarkan kisah penciptaan manusia (Kej 2:4-25). Allah menciptakan manusia pertama Adam, lalu menempatkannya di taman Eden. Kemudian Allah melihat bahwa tidak baik kalau manusia itu seorang diri saja, maka Allah menjadikan "penolong" baginya, yang "sepadan" dengan dia (Kej 2:18). Dibentuklah penolong yang sepadan bagi manusia pertama Adam dan ditempatkan Allah di sisinya, lalu laki-laki itu menamai dia perempuan (Kej 2:22-23).
Kerukunan hidup antara laki-laki dan perempuan sejak awal merupakan bentuk pertama persekutuan antar pribadi. Sebab dari kodratnya yang terdalam manusia bersifat sosial, dan tanpa berhubungan dengan sesama, ia tidak dapat hidup atau mengembangkan potensinya (GS, art. 12)
Dikatakan pula dalam Surat Gembala KWI 2004 mengenai keyakinan Gereja Pasca Konsili Vatikan II, ajaran-ajaran Gereja senantiasa menekankan bahwa laki-laki dan perempuan diciptakan setara menurut citra Allah.Â
Allah memberikan kepada mereka tanggung jawab untuk memelihara keutuhan ciptaan-Nya. Sesuai dengan kehendak-Nya, laki-laki dan perempuan diciptakan setara martabatnya walaupun berbeda secara biologis.Â
Perbedaan tersebut mempunyai makna yang dalam dan tujuan yang khas untuk mengembangkan kehidupan. Laki-laki dan perempuan diciptakan untuk melengkapi dan memperkaya serta dipanggil untuk membangun relasi yang penuh kasih".
Tugas dan Tanggung jawab Laki-Laki dan Perempuan dalam Karya Perutusan Gereja