Lelaki itu telah terlupa dalam perjalanan waktunya karena terlalu banyak singgah di setiap jeda waktu.
Berteduh di bawah pohon rindang
menikmati belaian angin sambil mengutui diri dan menyuapi mulut-mulut lupa.
Hingga ia pun lupa bahwa dalam setiap detak perjalanan waktu selalu terselip bisikan angan duniawi yang bisa mengaburkan tujuan perjalanan.
Lupa, segala yang dirasa menyenangkan, hakikatnya sekelebat itu akan berlalu. Lupa, untuk tiba di gerbang waktu-Nya, seseorang tak boleh berhenti berdetak.
(Catatan langit, 21 Mei 2019)
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!