Mohon tunggu...
Dicky Armando
Dicky Armando Mohon Tunggu... Orang Biasa

Hamba Allah subhanahu wa ta'alaa.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Seorang Introvert yang Menjadi Ayah

11 Desember 2023   12:04 Diperbarui: 11 Desember 2023   12:14 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Buat saya pribadi sungguh menyenangkan menjadi seseorang yang berkepribadian introvert, sekaligus tidak mudah juga ketika terjun di masyarakat, misalnya betapa orang-orang sering salah sangka kalau orang introvert itu merupakan individu yang tak mau bersosialisasi. Tapi ya sudah, pada akhirnya saya tak akan mungkin bisa mengontrol prasangka manusia yang membanggakan label ekstrovert-nya itu.

Cibiran semancam "anti sosial", kaku, dan semisalnya adalah "hari-hari normal bagi orang introvert". Saran saya bagi teman-teman intovert lainnya, tutuplah telinga dan lanjutkan hidup kalian. Biarkan saja mereka menghakimi, karena harus diakui bahwa menghakimi itu lebih mudah daripada berpikir, orang-orang itu jelas punya otak tapi tak berfungsi.

Mengingat kembali pengalaman pahit dari masa lalu masih membuat saya tak percaya bahwa sekarang telah menjadi seorang ayah bagi dua orang anak. Sempat tak percaya diri, ribuan tanya hadir di dalam pikiran saya. Apakah nanti bisa menjadi orang tua yang baik? Apakah mampu memenuhi kebutuhan mereka?

Saya sejak remaja sering melakukan sesuatu seorang diri, apa pun itu, bertanggung jawab hanya kepada diri sendiri. Sekarang lain cerita, dunia saya berubah seratus persen.

Imam Al-Ghazali dalam kitabnya yang berjudul Ihya Ulumiddin, menyatakan bahwa salah satu faedah menikah adalah berjuang melawan diri sendiri dan melatih kepribadian dalam mengasuh, mengayomi, memenuhi kewajiban terhadap keluarga, bersabar atas kelakuan mereka, menanggung kecewa karena ulah mereka, berjuang mencari nafkah halal untuk mereka, dan mendidik anak-anak.

Demikian tidak mudah tugas seorang pemimpin rumah tangga. Contoh paling mudah, saya disarankan oleh mantan pacar (istri saya sekarang) agar membacakan dongeng sebelum tidur kepada anak-anak. Hal ini terjadi karena dia telah membaca suatu artikel berjudul "6 Manfaat Membacakan Cerita Anak Sebelum Tidur" yang ditayangkan oleh halodoc.com pada tanggal 28 November 2022. Di situ tertulis bahwa satu dari sekian banyak manfaatnya adalah mempererat hubungan orang tua dan anak.

Saya pikir mantan pacar saya menyimpan resah apakah saya mampu berkomunikasi dengan baik dengan anak-anak. Jangankan dia, saya pun sangsi kepada diri sendiri. Lebih parah lagi, saya ini penulis amatir level kampung, ranah story telling tak pernah terjamah.

Untuk mengakalinya saya punya satu cerita andalan yang selalu dimodifikasi setiap malam, namun dengan tokoh yang sama, yaitu: Riot, Citrot, Depot, Aot. Mereka adalah nama-nama zombi dalam dongeng ngawur yang saya ciptakan. Nama empat zombi tersebut merupakan pelesetan nama istri dan teman satu geng-nya.

Saya biasa memulai cerita seperti ini: "Pada suatu hari, empat zombi tidak berguna bernama Riot, Citrot, Depot, dan Aot berjalan dari tengah hutan menuju kota."

Mantan pacar saya hanya bisa manyun mendengarnya. Mau marah tapi bukan nama dirinya yang disebut. Mau tidak marah, tapi namanya terdengar mirip. Rasakan!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun