Setiap pagi dan sore secara rutin, Lita selalu menyirami Dodo si pohon kecilnya. Lita juga membersihkan rumput-rumput liar atau jika ada sampah di sekitar Dodo. Tidak jarang, Lita juga mengajaknya berbicara. Lita berkata kepada Dodo, "Hai Dodo, pohon kecilku. Cepatlah tumbuh besar ya! Biar kita bisa main bersama."
Hari demi hari berlalu, Lita sangat rajin merawat Dodo. Dodo si pohon kecil tidak mungil lagi, dia tampak tumbuh besar. Batangnya menjadi kokoh dan akarnya kuat di dalam tanah. Rantingnya berkembang banyak dan daun-daunnya tampak hijau dan lebat, sehingga Dodo menjadi rimbun. Kini Dodo sering disinggahi burung-burung. Tidak sekedar itu, Lita pun sering berteduh di bawah Dodo.
Burung-burung yang hinggap di dahan tersebut, akhirnya menjadi teman Dodo di setiap harinya. Lita yang mengamati suasana tersebut merasa senang. Dia merasakan bahwa Dodo telah tumbuh subur dan memberikan kenyamanan bagi burung-burung yang hinggap tersebut. Tidak sebatas itu, Dodo juga memberikan kesejukan di halaman rumah Lita. Apalagi dahan dan daunnya suka menari-nari dan terasa rindang ketika ditiup angin pagi.
Beberapa hari ini adalah musim kemarau. Udara di sekitar rumah Lita terasa panas sehingga angin juga cukup kencang. Kebetulan Lita sedang liburan sekolah. Lita pun menghabiskan waktu liburan untuk bermain bersama teman-temannya di lapangan desa. Lapangan desa itu cukup luas dan di sampingnya ada kebun jeruk. Lita dan teman-temannya suka bermain layang-layang di sana.
Suatu waktu menjelang siang, Lita sedang asyik bermain. Namun ia merasa kepanasan dan haus.
"Panas sekali hari ini", keluh Lita.
Lita kemudian melirik ke kebun jeruk di samping lapangan desa itu. Ia mengamati pohon-pohon jeruk yang hampir mati. Daun-daunnya menguning, sebagian sudah berguguran. Batangnya mulai mengering, dan ranting-ranting kecilnya rapuh. Tak ada lagi bunga atau buah yang tumbuh. Tanah di sekitarnya pun retak.
"Pohon-pohon itu mengering karena kekurangan air. Kasihan sekali." batin Lita.
Seketika itu, Lita ingat Dodo pohon kesayangannya di halaman rumah. Lita baru sadar, ia bermain layang-layang setiap hari, di pagi dan sore. Ia menjadi sibuk dan asyik bermain di lapangan desa, sampai ia lupa bahwa Dodo lama tidak ia temani dan rawat. Lita pun bergegas pulang.
Tiba di halaman rumahnya, ia melihat Dodo pohonnya yang mulai layu. Daun-daunnya mengering dan Dodo tampak tidak subur lagi. Ketika itu, Lita merasa sedih. Lita melihat Dodo pohonnya merasa kesakitan dan tidak ceria lagi, karena kelalaiannya.
Lita berlari masuk ke dalam rumah, ia mencari Ayahnya. Dia memanggil-manggil sang Ayah.