Di pagi hari, matahari yang bersinar terik, burung-burung berkicau merdu dan bunga-bunga bermekaran terlihat sangat indah. Suasana tersebut menunjukkan bahwa hewan-hewan, tumbuh-tumbuhan dan semesta alam di sekitar sedang bahagia. Udara juga terasa segar. Pagi ini terasa hangat dan sejuk. Suasana alam yang subur adalah anugerah dari Allah Swt. yang harus disyukuri dan dijaga oleh manusia.
Seorang anak perempuan bernama Lita, sedang bermain di halaman depan rumah. Di halaman tersebut, tumbuh sebuah pohon kecil yang selalu dirawat oleh Ayah Lita. Di dekat pohon kecil tersebut, sang Ayah sedang menanam sayur-mayur dan buah-buahan yang jika siap panen, akan dipetik dan dimasak oleh Ibu.
Lita mendekat ke pohon kecil tersebut kemudian berkata pada Ayahnya, "Ayah, pohon kecil ini tumbuh subur dan segar. Bolehkah aku memberikan nama untuk pohon kecil ini Yah?"
"Tentu saja boleh putriku. Kamu mau beri nama siapa?", Ayah Lita menjawab sambil tersenyum lebar.
"Aku akan beri nama Dodo Yah, Dodo Si Pohon Kecil". Lita menjawab Ayahnya dengan nada semangat.
Ayah Lita memberi jawaban dengan mengangguk dan mengangkat jempolnya.
Di suatu pagi, ketika Lita sedang bermain di halaman, Ayah Lita berpesan kepada Lita,
"Lita, jika kamu harus bantu Ayah menyayangi dan merawat Dodo dengan baik. Dodo pasti akan membuat halaman rumah kita menjadi asri. Allah Swt. menyukai lingkungan yang lestari, karena kita mau bertanggung jawab padanya."
"Baik Ayah, aku akan selalu merawat Dodo. Dodo akan menjadi teman bermainku", kata Lita dengan hati yang sangat bahagia.
"Bagus Lita.", jawab sang Ayah.
Setiap pagi dan sore secara rutin, Lita selalu menyirami Dodo si pohon kecilnya. Lita juga membersihkan rumput-rumput liar atau jika ada sampah di sekitar Dodo. Tidak jarang, Lita juga mengajaknya berbicara. Lita berkata kepada Dodo, "Hai Dodo, pohon kecilku. Cepatlah tumbuh besar ya! Biar kita bisa main bersama."
Hari demi hari berlalu, Lita sangat rajin merawat Dodo. Dodo si pohon kecil tidak mungil lagi, dia tampak tumbuh besar. Batangnya menjadi kokoh dan akarnya kuat di dalam tanah. Rantingnya berkembang banyak dan daun-daunnya tampak hijau dan lebat, sehingga Dodo menjadi rimbun. Kini Dodo sering disinggahi burung-burung. Tidak sekedar itu, Lita pun sering berteduh di bawah Dodo.
Burung-burung yang hinggap di dahan tersebut, akhirnya menjadi teman Dodo di setiap harinya. Lita yang mengamati suasana tersebut merasa senang. Dia merasakan bahwa Dodo telah tumbuh subur dan memberikan kenyamanan bagi burung-burung yang hinggap tersebut. Tidak sebatas itu, Dodo juga memberikan kesejukan di halaman rumah Lita. Apalagi dahan dan daunnya suka menari-nari dan terasa rindang ketika ditiup angin pagi.
Beberapa hari ini adalah musim kemarau. Udara di sekitar rumah Lita terasa panas sehingga angin juga cukup kencang. Kebetulan Lita sedang liburan sekolah. Lita pun menghabiskan waktu liburan untuk bermain bersama teman-temannya di lapangan desa. Lapangan desa itu cukup luas dan di sampingnya ada kebun jeruk. Lita dan teman-temannya suka bermain layang-layang di sana.
Suatu waktu menjelang siang, Lita sedang asyik bermain. Namun ia merasa kepanasan dan haus.
"Panas sekali hari ini", keluh Lita.
Lita kemudian melirik ke kebun jeruk di samping lapangan desa itu. Ia mengamati pohon-pohon jeruk yang hampir mati. Daun-daunnya menguning, sebagian sudah berguguran. Batangnya mulai mengering, dan ranting-ranting kecilnya rapuh. Tak ada lagi bunga atau buah yang tumbuh. Tanah di sekitarnya pun retak.
"Pohon-pohon itu mengering karena kekurangan air. Kasihan sekali." batin Lita.
Seketika itu, Lita ingat Dodo pohon kesayangannya di halaman rumah. Lita baru sadar, ia bermain layang-layang setiap hari, di pagi dan sore. Ia menjadi sibuk dan asyik bermain di lapangan desa, sampai ia lupa bahwa Dodo lama tidak ia temani dan rawat. Lita pun bergegas pulang.
Tiba di halaman rumahnya, ia melihat Dodo pohonnya yang mulai layu. Daun-daunnya mengering dan Dodo tampak tidak subur lagi. Ketika itu, Lita merasa sedih. Lita melihat Dodo pohonnya merasa kesakitan dan tidak ceria lagi, karena kelalaiannya.
Lita berlari masuk ke dalam rumah, ia mencari Ayahnya. Dia memanggil-manggil sang Ayah.
"Yah, Ayah, apakah Dodo tidak bisa tumbuh subur lagi? Dia hampir mati Ayah, aku sedih.", Lita merasa khawatir.
"Tidak Lita, Dodo masih bisa tumbuh subur. Kamu cepat sirami Dodo dengan air yang banyak. Agar Dodo bisa segar lagi", jawab sang Ayah memberi semangart dan nasehat.
Lita pun bergegas mengambil ember berisi air. Lita kemudian menyirami Dodo sambil berharap Dodo bisa tumbuh subur kembali. Dodo pohon kesayangannya, sudah ia anggap sebagai sahabat dekatnya. Lita rindu kehijauan dan kerindangan pada Dodo.
Ayah Lita yang melihat perbuatan Lita tersebut kemudian berkata,
"Lita, pohon ini telah menjadi rumah, nafas dan kebaikan bagi kita, maka kita harus terus merawatnya."
"Iya Ayah, aku berjanji tidak akan membiarkan Dodo kesaikitan lagi", janji Lita kepada Ayahnya.
"Kamu sudah berjanji putriku. Maka janji itu harus ditepati. Allah Swt. menyukai seseorang yang amanah dan jujur", nasehat Ayah Lita kepada Lita.
"Baik Ayah", jawab Lita dengan penuh antusias.
Beberapa waktu kemudian, Dodo pohon kesayangan Lita yang semula kering dan hampir mati itu kini tumbuh subur kembali. Beberapa daun yang  berguguran, kini mulai tumbuh lebat dan hijau. Batangnya tampak segar, ranting-rantingnya mulai kuat, dan udara di sekitarnya terasa lebih sejuk. Dodo tampak segar kembali, seolah mendapatkan kehidupan baru.
Lita sudah berjanji kepada Ayahnya untuk selalu merawat Dodo. Tidak sekedar itu, Lita juga mengajak teman-temannya untuk bersama-sama merawat pohon-pohon di sekitar mereka.
"Kata Ayahku, pohon-pohon memberikan banyak manfaat bagi manusia. Pohon-pohon menjadi rumah bagi burung dan memberikan keteduhan bagi kita", ucap Lita kepada teman-temannya.
"Wah, iya ya! Kita harus sayang sama pohon!" seru Rino sambil tersenyum.
"Kalau begitu, besok kita sama-sama sirami pohon di sekitar kita, yuk!" tambah Dina semangat.
Lita dan teman-temannya kemudian pergi ke lapangan desa. Mereka merawat pohon-pohon di sekitar lapangan dengan penuh kasih, baik dengan menyiraminya, membersihkan kotoran di sekitarnya dan menjaganya dari kerusakan. Mereka melakukan hal tersebut dengan senang hati. Mereka juga sadar bahwa pohon-pohon penting bagi kehidupan mereka. Sekarang ini, Lita dan teman-temannya tidak sekedar suka bermain bersama, tapi juga suka merawat pohon, bunga dan tanaman lain di sekitar mereka.
Pohon-pohon di sekitar rumah Lita dan teman-temannya akhirnya juga tumbuh subur dan rimbun. Daun-daun di pohonnya hijau segar dan bisa menari-nari ketika dihembus angin. Kicau burung-burung kembali terdengar ketika mereka hinggap di ranting pohon. Pemandangan tersebut dirasakan setiap pagi hari, ditambah adanya sinar matahari yang terasa hangat.
Lita dan teman-temannya pun sering berada di bawah pohon-pohon yang sekarang tumbuh besar, rimbun dan subur, termasuk Dodo. Mereka telah melakukan perbuatan mulia yaitu selalu merawat dan melestarikan pohon dan tanaman di sekitar. Pada akhirnya mereka merasa nyaman dan sejuk karena lingkungan di sekitar tampak lestari. Lita dapat bermain bersama teman-temannya dan juga bersama pohon-pohon tersebut. Mereka saling berbagi kebahagiaan.
Lita tersenyum. Ia ingat perkataan Ayahnya bahwa menjaga pohon bukan sekedar berupaya merawat alam, tapi juga bentuk tanggung jawab dan ibadah kepada Allah Swt.
"Pohon-pohon, bunga-bunga dan tanaman lainnya adalah makhluk Allah Swt. yang memberikan manfaat tanpa meminta balasan. Menjaganya adalah bukti cinta kita kepada ciptaan Allah Swt., dan wujud syukur atas nikmat-Nya."
Kini, setiap kali Lita melihat burung-burung hinggap di dahan, bermain di bawah pohon dan merasakan keteduhannya, hati Lita menjadi bahagia dan damai. Ia yakin, sekecil apa pun kebaikan terhadap alam semesta akan bernilai besar di sisi Allah Swt.
Mencintai dan melestarikan pohon, sama artinya mencintai kehidupan---dan itu adalah bagian dari ketaatan seorang hamba kepada Allah Swt.
TAMAT.(***)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI