Mohon tunggu...
Arif L Hakim
Arif L Hakim Mohon Tunggu... Konsultan - digital media dan manusia

digital media dan manusia

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Menjelajah Sejarah dan Budaya dengan Tour de Masjid Pathok Negara

8 Juli 2016   23:59 Diperbarui: 9 Juli 2016   11:58 453
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masjid Pathok Negara, masjid di bawah naungan Kraton Ngayogyakarta yang menyimpan nilai-nilai sejarah dan budaya (dok. pribadi)

Rute menuju Masjid Ad Darojat Babadan dari Masjid At Taqwa (googlemaps)
Rute menuju Masjid Ad Darojat Babadan dari Masjid At Taqwa (googlemaps)
Di masa awal berdirinya, Masjid Ad-Darojat juga difungsikan sebagai pengadilan dan semacam KUA di masa sekarang. Dalam buku Bunga Rampai Masjid Pathok Negara, disebutkan bahwa Sultan Hamengkubuwana I menunjuk atau menempatkan para tokoh dan abdi dalem untuk melaksanakan proses peradilan di berbagai titik, di antaranya adalah yang berada di masjid-masjid pathok negara. 

Terdapat Pengadilan Pradata untuk menyelesaikan urusan perdata dan pidana. Kemudian Surambi untuk menyelesaikan perkara yang berhubungan dengan keagamaan. Terdapat pula Bale Mangu yang digunakan untuk menyelesaikan masalah administratif dan agraria.

Pada tahun 1940, Babadan dijadikan gudang mesiu oleh Jepang, sehingga Masjid Ad-Darojat dan masyarakat Babadan dipindah ke Desa Babadan Jl. Kaliurang, Kentungan, Sleman.

Setelah Jepang kalah dari perang dunia II, pada tahun 1950-an masyarakat mulai kembali ke Babadan. Atas inisiatif warga, pada tahun 1960-an didirikan kembali Masjid Babadan sesuai izin Sultan Hamengkubuwana IX. Nama Masjid Ad-Darojat terinspirasi dari kata Dorojatun, nama kecil Sultan Hamengkubuwana IX.

Meskipun berada di kawasan perkotaan, Masjid Ad-Darojatun masih mempertahankan arsitektur klasik khas masjid pathok negara lainnya. Selain ruang utama yang berbentuk limasan, pintu dan jendela masjid ini juga tampak masih dipertahankan seperti dulu kala.

Masjid Ad Darojat Babadan (dok. pribadi)
Masjid Ad Darojat Babadan (dok. pribadi)
Pintu dan jendela di Masjid Ad Darojat Babadan (dok. pribadi)
Pintu dan jendela di Masjid Ad Darojat Babadan (dok. pribadi)
  • Masjid Plosokuning

Masjid keempat yang saya jelajahi adalah Masjid Plosokuning yang terletak sekitar 10 km dari Masjid Ad Darojat Babadan. Masjid yang terletak di Jalan Plosokuning Raya No. 99, Desa Minomartani, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman ini dibangun oleh Kyai Mursodo, putera dari Kyai Nur Iman dari Mlangi.

Rute menuju Masjid Plosokuning dari Masjid Ad Darojad segera diketahui melalui kecepatan jaringan 4G (googlemaps)
Rute menuju Masjid Plosokuning dari Masjid Ad Darojad segera diketahui melalui kecepatan jaringan 4G (googlemaps)
 

Sebuah sumber menyebutkan bahwa masjid ini telah ada sejak tahun 1724, atau 31 tahun sebelum Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat berdiri. Setelah Kraton Ngayogyakarta dideklarasikan oleh Sultan HB I, Masjid Plosokuning dipindah dan dibangun ulang di lokasi yang sekarang.

Secara arsitektur, bangunan Masjid Plosokuning dibuat mirip dengan Masjid Gedhe Kauman. Masjid yang dinamai dari nama pohon ploso yang berdaun kuning ini tergolong masih sesuai dengan aslinya dibanding masjid pathok negara yang lain. 

Tiang penyangga yang digunakan di Masjid Plosokuning adalah tiang asli yang terbuat dari kayu jati dan masih terawat hingga kini. Di bagian depan masjid terdapat dua kolam sedalam 3 meter. Di beberapa bagian menuju masjid dibuat lebih dangkal agar setiap orang yang hendak memasuki masjid dalam keadaan bersih dan suci.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun