Mohon tunggu...
Tri Rahayu ( Mbak Lily)
Tri Rahayu ( Mbak Lily) Mohon Tunggu... Freelancer - Frelance writer

Penulis lepas, konten creator

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Al-i'tiraf, Masjid Pathok Negoro dan Nostalgia tahun 1990

26 Maret 2024   12:02 Diperbarui: 26 Maret 2024   23:21 666
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masjid Pathok Negoro Ploso Kuning (Dokumen Pribadi)

                       

    Al-i'tiraf begitu masyhur di populerkan oleh Hadad Alwi. Meskipun belakangan banyak sosok lain yang meremake lagu ini, namun sosok Hadad Alwi lah yang begitu melekat di ingatan penulis.


    Al-i'tiraf sebagaimana lagu Hadad Alwi lainnya, dapat di perdengarkan di beberapa aplikasi musik dan juga Youtube. Lagu ini baik dalam versi Arab maupun Indonesia masih sering kita dengar saat jelang pengajian. Panitia acapkali memutar beberapa nasyid, termasuk lagu ini.


    Berbeda halnya dengan awal tahun 1990, sebelum kemunculan lagu Hadad Alwi di publik. Syair Al-i'tiraf sebagaimana sholawat, sering di perdengarkan sebagai pujian sebelum sholat di beberapa mushola atau masjid.


    Salah satu masjid yang familiar  di tahun 1990 an yang kerap memperdengarkan syair ini adalah masjid dan mushola di daerah Ploso kuning, seputaran masjid Patok Negoro, termasuk Masjid Pathok Negoro Ploso Kuning sendiri.  


    Selain Al-i'tiraf sendiri, juga sering di syiarkan sholawat nariyah juga sholawat lainnya seperti sholawat munjiyat.


     Lain daerah lain pula adat dan kebiasaan masyarakatnya. Di daerah penulis sekarang, sudah jarang sekali memperdengarkan Al-i'tiraf, juga beberapa sholawat lainnya. Hampir beberapa mushola atau masjid langsung mengumandangkan adzan, setelah waktu iqomat, sholat pun segera dimulai. Sementara itu di beberapa masjid lain justru beberapa orang menyiarkan bacaan Al-Qur'an dengan volume yang tidak terlalu keras setelah sholat subuh.


     Membicarakan Al-i'tiraf ini seakan bernostalgia dengan masa kecil penulis. Setiap sebelum magrib, setelah adzan-- sembari menunggu jamaah sering kali pujian ini di perdengarkan dalam lafal bahasa Arabnya.


    Suasana menjelang Magrib di tahun 1990 dengan zaman sekarang beda sekali rasanya. Kebetulan daerah tinggal penulis dulu adalah komplek pemukiman yang berdekatan dengan Ploso Kuning (Masjid Patok Negoro).


     Hingar bingar kehidupan metropolitan tidak terlihat semerawut seperti sekarang. Dulu dekade 1990, tiap jelang Magrib, orang akan berbondong ke masjid begitu juga anak-anak. Setelah TPA, atau sedang tidak TPA akan langsung berangkat sendiri atau diajak orang tuanya ke mushola atau masjid untuk shalat berjamaah.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun