Mohon tunggu...
Ardi Winangun
Ardi Winangun Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang wiraswasta

Kabarkan Kepada Seluruh Dunia

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Semalam di Little India

6 Mei 2020   07:28 Diperbarui: 6 Mei 2020   07:37 635
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

"Alamat kantornya di samping Kedutaan Besar Indonesia, negara kita sendiri," ujar Arief dalam pesan sms-nya.

Tanpa bertanya apa nama gedung dan di lantai berapa, Rama memegang patokan alamat itu seperti yang dipesankan. Pesan Arief kepada Rama itu terjadi seminggu sebelum ia melakukan backpacking ke Malaysia.

Rama adalah seorang backpacker. Di setiap tempat yang ia kunjungi, dirinya selalu bertanya kepada teman-teman, apakah di tempat yang hendak dituju ada kenalan. 

Dengan adanya kenalan maka cara bepergian yang murah itu akan lebih murah sebab pastinya ia akan mencari tumpangan menginap di tempat kenalannya itu.

Pada hari yang sudah ditentukan, Rama menuju Bandara Soekarno-Hatta. Tiket yang dipegang menunjukkan route penerbangan dari Bandara-Soekarno-Hatta, Cenkareng; ke Hang Nadim, Batam, Kepulauan Riau. Memang benar dirinya hendak ke Malaysia namun ia mlipir lewat Batam kemudian naik ferry ke Harbour Front, Singapura. Cara demikian dilakukan agar tempat dan negara yang dikunjungi semakin banyak.

Setelah berada di ruang boarding, seluruh penumpang yang hendak menuju Batam diharapkan segera masuk ke dalam pesawat. Ratusan penumpang mengular panjang dalam antrian untuk masuk perut pesawat. Satu persatu penumpang duduk di kursi sesuai dengan nomer yang tertera di tiket hingga akhirnya kursi-kursi yang ada terisi.

Setelah dihitung oleh petugas, pintu ditutup dan tak lama kemudian pesawat bergerak meninggalkan garbarata menuju landasan pacu. Setelah diijinkan oleh pihak air traffic control (ATC), deru mesin jet meninggi kemudian mendorong ke depan, gerakannya semakin kencang, semakin kencang, hingga akhirnya meninggalkan landasan.

Di udara biasanya dirasakan hanya sebuah kebosanan, kanan kiri hanya terlihat awan menggumpal tebal. Awan-awan itu seperti tumpukan kapas, putih mengkilat. Lembut di depan mata namun mengguncang-guncang bila dilintasi.

Tak terasa, pesawat yang membawa Rama mendarat di Hang Nadim. Sebab dirinya tak menitipkan barang di bagasi maka tak perlu berlama-lama untuk berada di Hang Nadim. Beda dengan penumpang lain yang harus menunggu sekian menit untuk mengambil barang yang dititipkan di bagasi.

Pagi itu di Hang Nadim terlihat ramai, puluhan orang berjubel di pintu keluar. Di antara mereka ada yang menjemput orang-orang yang mereka cintai, ada pula yang menawarkan jasa.

"Taxi, taxi, taxi," ujar salah seorang pria yang bertubuh gendut.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun