Mohon tunggu...
Ardi Winangun
Ardi Winangun Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang wiraswasta

Kabarkan Kepada Seluruh Dunia

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Semalam di Little India

6 Mei 2020   07:28 Diperbarui: 6 Mei 2020   07:37 635
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Tiba di Batam Center terlihat orang hilir mudik, ada yang hendak bepergian ke Singapura atau Malaysia, pun sebaliknya. Rama melihat beberapa agen angkutan ferry yang siap mengantar ke Singapura. Ada beberapa pilihan.

"Itu saja," Rama memilih salah satu di antara agen angkutan ferry.

Ia menuju ke tempat penjual tiket. Kepada penjual tiket, tak hanya menyerahkan  biaya angkutan namun juga passport. Dicatatnya passport itu oleh penjual tiket dan dikembalikan bersama tiket yang dibeli.

Penyeberangan ke Singapura, setiap setengah jam sampai 1 jam sekali. Rama bersyukur waktu tunggu untuk naik ferry tidak lama sehingga ia langsung menuju ruang boarding.

Di ruang boarding, puluhan calon penumpang memenuhi kursi yang tersedia. Ada yang terlihat rombongan, pasangan, bahkan ada yang sendiri, entah urusan bisnis atau backpacker.  Dipilih satu kursi kosong paling dekat toilet untuk  duduk. Dirinya merasa tak risih duduk dekat toilet sebab baunya tidak pesing.

"Pun hanya 10 menit duduk di sini," dirinya menggumam.

Waktu yang tak lama itu digunakan untuk melihat peta Singapura, khususnya jalur MRT. Dirinya berpikir dan menimbang-nimbang setelah Stasiun Harbour Front hendak ke mana. Belum selesai mengambil kesimpulan, ada panggilan yang ditujukan kepada penumpang untuk segera naik ferry.

Satu persatu orang antri untuk di-chek tiket dan passport. Selanjutnya dipersilahkan untuk menuju ferry yang tertambat di dermaga.  

***

Dorongan mesin jet ferry itu begitu menghentak sehingga lajunya cepat sekali. Jarak antara Indonesia dan Singapura pun terbilang dekat dengan naik angkutan itu. Sehingga tak lama kemudian, ferry mulai merapat di Harbour Front. Sama prosesnya saat masuk, penumpang yang keluar pun di-chek passport-nya dan distempel tanda negara singa sebagai bukti legal.

Rama tak mengalami hambatan saat berproses di imigrasi. Ia sempat ketar-ketir ketika melewati proses itu, pasalnya ia mendengar banyak cerita orang diperiksa lebih lanjut atau ditahan untuk sementara waktu karena antara foto di passport dan wajah asli tak sama atau masalah-masalah lain seperti belum booking hotel atau uang jaminan kurang. Dirinya bahkan pernah mendengar temannya yang berdarah Timur Tengah ditolak masuk ke Singapura. Hal demikian terjadi selepas terjadinya Tragedi WTC 9/11.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun