"Hehe iya sorry." Meskipun jawaban tersebut meninggalkan sedikit rasa getir, Rina memilih untuk tersenyum.
"Yaudah kalian ati-ati ya."Â
Keduanya hanya menunjukkan senyum singkat lalu langsung tancap gas dengan motor mereka meninggalkan Rina termenung di depan pagar.
Hari terus bertambah setelahnya. Ketika satu minggu dengan uang saku yang menipis itu akhirnya terlewati, Rina semakin memperketat disiplin pengeluarannya sampai ujian semester akhir tiba. Barns, kedai yang baru buka 5 bulan itu tiba-tiba tutup seminggu yang lalu. Setelah membuka promosi selama 2 bulan pertama, mereka hanya beroperasi selama 3 bulan sisanya lalu menutup bisnis tiba-tiba karena kedai sepi setelahnya. Banyak yang mengeluhkan kualitas makanan yang tidak sama seperti saat grand opening.
"Eh, Rin. Kamu tau gak kemarin ada anak-anak dari kampus kita yang cekcok sama Libertea?" ujar Gisya tiba-tiba saat Rina sedang membereskan alat tulisnya ke dalam tas. Teman dekatnya di jurusan itu selalu membuka percakapan dengan berbagai macam berita baru yang ia dengar entah dari mana.Â
"Serius, Sya? Kenapa?" Rina mengalihkan seluruh atensinya pada sang sahabat.
"Mereka minta promo Bantuan Makan jadi sebulan sekali kayak di Barns."
"Eh aneh banget. Ngapain deh? Terus gimana?"
 "Ya kan aneh banget. Terus mereka juga minta turun syarat IPK minimalnya. Katanya diskriminasi. Duh malu deh dengernya, aku sampe ngumpet di belakang gelas saking gak mau keliatan anak kampus sini."
"Kamu disana pas kejadian? Aduh lucu banget."Â
Gisya hanya merespon dengan menunjukkan wajah cemberut selama beberapa saat lalu melanjutkan ceritanya. Cekcok yang bisa dibilang lebih ke protes satu pihak itu berakhir dengan Libertea mengajak dialog sekelompok mahasiswa yang protes dan memberikan pengertian bahwa filosofi Libertea sedari awal, promosi yang ditawarkan rutin itu merupakan bentuk apresiasi kepada mereka yang sudah mempertahankan nilai IPK tinggi dengan segala macam tanggung jawab lainnya. Tidak berarti Libertea menganggap yang memiliki skor di bawah standar minimal mereka tidak berarti. Hanya saja, setiap kedai memiliki kebijakannya masing-masing.