Mohon tunggu...
A. Lara Hadining
A. Lara Hadining Mohon Tunggu... Penulis amatir

Penulis amatir yang mengeksplorasi berbagai macam topik, terutama sosial, menggunakan fiksi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Beri Aku Sepiring

25 Maret 2025   22:54 Diperbarui: 25 Maret 2025   23:00 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Bulir keringat dingin membasahi dahi. Udara dalam kamar kos selebar 4x4 meter yang berubah lembab sehabis hujan itu seketika seperti mencekik dalam tiap tarikan. Rina menghela nafas kasar ketika website yang biasanya sigap menampilkan detail transkrip perkuliahannya itu tidak kunjung keluar dari halaman tunggu. Hari sudah hampir pukul 12 siang, perutnya semakin terasa melintir ketika menyadari batas waktu promosi satu porsi makan gratis di kedai langganannya akan ditutup dalam satu setengah jam. 

Ia mengutuk salah satu dosen killer di jurusannya yang kemarin tiba-tiba mewajibkan pembelian buku paket dengan sadar ketika masa studi tersisa 2 bulan sebelum ujian akhir. Jika buku paket itu tidak muncul dan menodong isi dompetnya, mungkin Rina tidak harus mengandalkan promosi dari sebuah kedai untuk bisa makan dalam 4 hari kedepan. 

Entah bagaimana semesta bekerja pagi itu, tapi selain website kampus yang memutuskan untuk merajuk sejak ia bangun sholat Subuh, Rina mendapati persediaan berasnya pun hanya tersisa satu gelas penuh berukuran 250 ml. Bahkan untuk satu orang, ini mungkin hanya bisa bertahan dalam maksimal tiga hari jika menghemat porsi.

Ia hampir saja menyerah dan menangis karena frustasi ketika laman yang sudah satu jam ditunggu itu tiba-tiba berhasil memunculkan data yang diinginkannya dalam satu kedipan mata. 

Akhirnya! 

Tanpa menunggu apapun, Rina langsung pergi menjalankan misinya menjemput promosi satu porsi makan gratis penyelamat yang sudah berkutat di kepala. Berbekal tangkapan layar yang menunjukkan skor IPK sementara 3.43 ia berharap untuk sampai tepat waktu dan tidak kehabisan stok. 

Hanya butuh 15 menit jalan kaki dari kos ke kedai dan 20 menit selanjutnya berdesakan dalam antrian yang berisi begitu banyak mahasiswa dengan tatapan penuh ambisi, Rina pun berhasil mendapatkan satu porsi besar paket lauk dan sayur sehat yang bisa memenuhi kebutuhan nutrisinya hingga esok. Ia terpaksa harus berdamai sementara dengan makan satu kali sehari sampai gaji dari kerja paruh waktu di toko kelontong milik tantenya dibayarkan minggu depan. 

Terima kasih ia rapalkan berulang kali dalam hati pada pemilik kedai karena secara rutin tiap 2 bulan sekali memberikan promo satu porsi makan gratis bagi para mahasiswa yang memiliki skor IPK di atas 3.40 hingga 4.00 selama 2 hari berturut-turut. Selain bersaing pada setiap ujian tengah semester maupun akhir, kebanyakan mahasiswa dari universitas tempat ia berkuliah pun bersaing agar bisa kebagian promo yang dikenal dengan sebutan "Bantuan Makan" ini. 

Program yang sudah berjalan 4 tahun itu sebenarnya sering mendapatkan sentimen elitist dari banyak pihak karena tidak pernah menurunkan standar minimum ketentuan IPK-nya. 

"Bukannya gak adil kalau mereka hanya memberi promo untuk yang pinter-pinter aja?"

"Jika benar-benar ingin membantu, kenapa mereka gak buat ketentuan yang bisa dijangkau banyak mahasiswa ya?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun