"Bismillaahilladzii laa yadhurru ma'asmihii syaiun fil ardhi walaa fis samaai wahuwas samii'ul 'aliim. Dengan menyebut nama Allah, tidak ada yang berbahaya baik di bumi maupun di langit. Dan dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."
Aya berharap Allah akan menolongnya, tapi jika pun dia harus mati Aya berharap tempatnya di sisi Allah adalah tempat yang baik. Aya sudah merasakan banyak kesakitan di dunia ini.
Tepat saat Aya benar-benar menutup mata, seseorang melompat ke kolam. Berenang menuju ke arah Aya, meraih gadis itu dan membawanya naik ke pinggir kolam.
"Kumohon jangan pergi. Jangan lagi." Lelaki itu menangis. Tangannya yang tremor berusaha menekan dada Aya, melakukan CPR. Kemudian sesekali memberi napas buatan. Namun, hasilnya nihil. Aya sama sekali tak memberi respon. Bibir gadis itu mulai membiru.
Lelaki itu tak ingin menyerah, dia melakukannya lagi dan lagi hingga seseorang menariknya menjauh.
"Dia udah nggak ada," katanya.
"Nggak mungkin. Aya nggak mungkin pergi. Enggak." Lelaki itu kembali melakukan CPR. Kali ini lebih bertenaga dibanding sebelumnya. Dia sangat berharap Aya kembali.
"Gue bilang dia udah nggak ada!"
"Bohong!"
"Periksa sendiri nadinya kalau nggak percaya."
"Freyaaa!" Lelaki itu berteriak frustrasi begitu tak mendapat detakan di pergelangan tangan maupun di leher Aya.
Satu-satunya orang yang menyaksikan turut merasa pilu, apalagi saat lelaki itu memeluk Aya dengan sayang sambil menangis. Yang jadi pertanyaan, siapa lelaki itu bagi Aya? Bukan kah gadis miskin itu tak punya teman sama sekali sejak pindah ke sini?