Begitu membuka pintu kelas, Aya disambut dengan guyuran air bekas pel yang tumpah dari ember di atas pintu. Aya mematung sesaat. Begitu menyadari seluruh tubuhnya telah basah dan pakaian dalamnya tercetak dengan jelas di balik kemeja putihnya, emosinya langsung tersulut.
"Siapa?" Aya berseru murka. Tangannnya mengepal menatap seisi kelas yang menertawakannya.
"Gue. Kenapa emangnya?" Salah seorang teman kelas mengangkat tangannya dengan angkuh. Delia namanya. Cewek itu kini bersedekap dan menatap Aya seolah Aya adalah makhluk rendahan.
Aya melangkah cepat ke arah Delia. Begitu sampai di hadapan Delia, tangan Aya terayun keras lalu menyapa permukaan kulit wajah Delia hingga gadis itu menoleh secara paksa.
"Lo nampar gue!" Delia berseru dengan nyaring, nyaris berteriak. Seluruh wajahnya merah padam karena amarah. Delia berdiri dari kursi disusul beberapa orang sahabatnya yang lebih mirip antek-antek
"Iya, kenapa emangnya?" Delia seolah kebakaran jenggot mendengar jawaban Aya yang di-copy dari dirinya. Kedua tangan Delia meraih rambut Aya, menariknya sekuat yang dia bisa dan dibalas oleh Aya dengan hal serupa.
"Berani, ya, lo sekarang sama gue? Udah bosan sekolah?"
"Ngapain takut sama monster nggak bermoral kayak lo."
"Apa?!"
Pertarungan menjadi semakin sengit. Antek-antek Delia pun jadi turut andil mengambil bagian begitu bos mereka terlihat kesusahan.
"Dasar si miskin nggak tahu diri. Pencuri!"