Suara geraman itu terdengar begitu jelas di telingaku hingga membangunkanku dari tidur. Bukan mimpi. Meski berat membuka mata, secara refleks langsung terbuka lebar, tanganku dengan sigap meraih kayu di samping tubuhku.
"Kenapa, Rain?" bisik Imel, terbangun dan terkejut dengan gerakanku yang tiba-tiba.
"Mereka datang, kita harus waspada," jawabku.
Dari celah jendela, bayangan-bayangan itu terlihat bergerak di luar. Mungkin sudah ada belasan zombie mengepung rumah ini.
BRAK! Suara benturan itu berasal dari pintu yang sedang mereka dobrak.
"Pintu depan tidak akan bertahan lama," bisikku. "Kita perlu senjata lebih baik."
Kami berjalan merangkak menuju ke dapur dengan cepat, mencari-cari sesuatu di laci yang bisa digunakan. Sebuah pisau daging besar akhirnya kutemukan. Imel mengikutiku dengan tangannya gemetar memegang panci.
"Ini lebih baik daripada tidak ada sama sekali, bukan?" gumamnya dengan senyum tegang.
PRAKK! Suara kaca pecah menggema dari ruang depan. Semua berdatangan dengan suara yang menakutkan.
"Lewat jendela belakang, sekarang!" perintahku.