Zaman sekarang, kayaknya HP udah jadi "mainan utama" anak-anak. Mulai dari bangun tidur sampai mau tidur lagi, yang dicari: HP. Ada yang nonton YouTube, scroll TikTok, main game, atau cuma bolak-balik buka WhatsApp. Nggak salah sih, karena memang semua serba digital. Tapi yang jadi masalah adalah... ketika HP berubah jadi candu. Anak-anak jadi malas belajar, susah disuruh, gampang marah, dan kehilangan empati sosial. Ngeri ya?
Masalahnya, kadang orang tua juga nggak sadar kalau mereka ikut "berkontribusi" dalam kecanduan itu. Contoh? Waktu anak nangis atau rewel, langsung dikasih HP biar diem. Atau pas orang tua sibuk, HP jadi solusi tercepat buat ngisi waktu anak. Lama-lama, anak belajar: HP itu tempat pelarian, HP itu temen terbaik, bahkan... HP itu hidup.
Tapi, yuk kita gak saling menyalahkan. Di tengah dunia yang makin digital ini, justru perlu bijak hadapi kenyataan. Anak bukan cuma butuh larangan, tapi juga bimbingan. Bukan sekadar dilarang main HP, tapi diajak seru-seruan bareng tanpa HP. Ajak ngobrol, main bareng, atau kenalkan hobi baru: menggambar, main bola, berkebun, nulis cerita, bikin kerajinan tangan, atau apapun yang bisa jadi pengalih perhatian yang sehat.
Yang paling penting adalah konsistensi. Orang tua harus jadi contoh. Jangan suruh anak lepas HP, tapi ortunya sendiri masih sibuk scroll medsos depan mereka. Anak belajar dari apa yang dilihat, bukan cuma dari apa yang didengar.
Dan satu lagi: gak semua yang ada di HP itu buruk. Banyak juga konten edukatif, hafalan Qur'an, video inspiratif, atau game yang mengasah otak. Kuncinya ada di pendampingan. Batasi waktu, pilihkan konten, dan dampingi. Bukan dibiarkan asik sendirian di dunia maya.
Dalam Islam, anak adalah amanah. Allah berfirman:
"Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka." (QS. At-Tahrim: 6)
Ayat ini jadi pengingat keras bahwa tanggung jawab orang tua bukan cuma soal makan dan pakaian, tapi juga menjaga jiwa dan moral anak agar tidak tersesat dalam hal-hal yang bisa merusak, termasuk candu terhadap teknologi.
Rasulullah juga bersabda, "Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya." (HR. Bukhari dan Muslim).
Jadi, kalau kita membiarkan anak larut dalam HP tanpa arahan, jangan kaget kalau nanti hasilnya jauh dari harapan.
Jangan sampai kita membiarkan generasi penerus lebih kenal YouTuber daripada ulama, lebih hafal lagu TikTok daripada ayat-ayat suci. Kalau mereka hari ini candu layar, besok-besok bisa-bisa gak punya daya tahan menghadapi dunia nyata yang penuh tantangan.
Perlu strategi jangka panjang. Bikin rutinitas keluarga yang fun tanpa HP, misal: waktu makan tanpa gadget, malam hari ada momen ngobrol atau tilawah bareng, akhir pekan ke alam atau masak bareng. Ini mungkin terlihat sepele, tapi sangat berpengaruh untuk membangun kedekatan dan menjauhkan dari ketergantungan layar.
Dan jangan lupa berdoa. Karena sekeras apa pun usaha kita, tetap Allah yang membolak-balikkan hati. Doakan anak-anak kita jadi generasi cerdas secara digital, tapi lebih kuat lagi dalam iman dan akhlaknya. HP bisa kita genggam, tapi jangan sampai iman kita yang tergeser karena layar.