Lihat ke Halaman Asli

Dwi Natalia

Kepala Sekolah

Kebudayaan Pra Islam

Diperbarui: 13 Oktober 2025   08:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

KEBUDAYAAN ARAB PRA ISLAM

Jazirah Arab merupakan semenanjung luas yang membentang, di antara Laut Merah di sebelah barat, Teluk Persia disebelah timur, dan Samudra Hindia di bagian selatan. Di sebelah utara berbatasan langsung dengan wilayah Syam (Suriah dan sekitarnya) yang menjadi pusat peradaban Romawi dan Bizantium.

Kehidupan beragama masyarakat Arab pra-Islam beragam. Secara umum,  mereka menganut Politeisme (penyembahan berhala), tetapi terdapat juga kelompok minoritas yang memeluk agama-agama monoteistik seperti Yahudi, Nasrani, dan Hanifiyah. Selain itu, ada pula pengaruh kepercayaan Majusi (Zoroastrianisme) dan bahkan kepercayaan animisme yang sudah ada sejak lama.

Ciri Umum keberagaman Arap -Pra Islam

Bersifat pluralis, dengan banyak agama dan kepercayaan hidup berdampingan.Tidak ada otoritas agama pusat yang mengikat semua kabilah.Praktik ibadah lebih bersifat tradisional dan ritualis, bukan spiritual mendalam.Agama berhala menjadi mayoritas, tetapi monoteisme tetap bertahan melalui minoritas Yahudi, Nasrani, dan Hanif.

Kebudayaan bangsa Arab pra-Islam ditandai dengan kecintaan yang sangat mendalam terhadap bahasa dan sastra. Seni syair (puisi) menjadi mahkota peradaban Arab sebelum datangnya Islam. Karena bangsa Arab belum mengenal tradisi tulis-menulis secara luas, maka syair berfungsi sebagai media komunikasi, dokumentasi sejarah, dan identitas kabilah.

Kehidupan ekonomi masyarakat Arab pra-Islam sangat dipengaruhi oleh kondisi geografis mereka yang didominasi gurun. Oleh karena itu, kegiatan ekonomi bertumpu pada perdagangan, peternakan, dan pertanian terbatas.

Kondisi Politik Umum:

Tidak ada kesatuan politik nasional di Jazirah Arab. Setiap suku hidup otonom dan sering terlibat konflik dengan suku lain. Fanatisme kesukuan (ashabiyah) sangat dominan, sehingga perang antar-suku sering berlangsung lama (misalnya Perang Basus yang berlangsung 40 tahun).

Masyarakat Arab pra-Islam sering disebut hidup pada Zaman Jahiliyah, bukan hanya karena kebodohan dalam arti tidak berpengetahuan, tetapi lebih kepada kebodohan moral, sosial, dan spiritual. Namun, di balik kebobrokan itu, masih ada nilai-nilai luhur yang dijunjung tinggi. Dengan demikian, terdapat dualisme moralitas yang membentuk wajah masyarakat Arab sebelum datangnya Islam.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline