Mohon tunggu...
Andriyanto
Andriyanto Mohon Tunggu... Jika kamu tak menemukan buku yang kamu cari di rak, maka tulislah sendiri.

- Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh - Rasa bahagia dan tak bahagia bukan berasal dari apa yang kamu miliki, bukan pula berasal dari siapa dirimu, atau apa yang kamu kerjakan. Bahagia dan tak bahagia berasal dari pikiran kamu sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Proyek A119: Ketika Amerika Hampir Meledakkan Nuklir di Bulan

15 Oktober 2025   07:00 Diperbarui: 14 Oktober 2025   23:30 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: America Wanted to Nuke the Moon and Other Weird History (historycollection.com)

Pendahuluan: Ambisi yang Nyaris Mengubah Wajah Bulan

Pada akhir dekade 1950-an, dunia berada di puncak ketegangan Perang Dingin. Amerika Serikat dan Uni Soviet saling berlomba dalam segala hal, dari kekuatan militer hingga supremasi teknologi. Namun, salah satu arena paling simbolis dari persaingan itu adalah ruang angkasa. 

Sejak Uni Soviet meluncurkan satelit Sputnik pada tahun 1957, Amerika merasa tertinggal dan terancam. Dalam suasana penuh paranoia ini, lahirlah sebuah ide yang terdengar mustahil sekaligus menakutkan: meledakkan bom nuklir di Bulan.

Proyek rahasia itu dikenal dengan nama Proyek A119 atau A Study of Lunar Research Flights. Tujuan utamanya bukan untuk kepentingan sains, melainkan untuk menunjukkan pada dunia bahwa Amerika memiliki kekuatan dan kecanggihan teknologi yang tidak tertandingi. 

Bayangkan sebuah ledakan nuklir di Bulan, terlihat jelas dari Bumi, yang menjadi simbol supremasi Amerika di tengah ketegangan global.

Untungnya, ide ini akhirnya tidak pernah diwujudkan. Namun, jejak rencana tersebut tetap menjadi salah satu kisah paling mengejutkan dalam sejarah eksplorasi luar angkasa.

Latar Belakang: Ketakutan dan Ambisi Pasca-Sputnik

Ketika Sputnik 1 diluncurkan pada 4 Oktober 1957, dunia seolah berubah arah. Bagi banyak orang di Amerika, keberhasilan Uni Soviet itu adalah tamparan keras yang mengguncang rasa percaya diri bangsa. Mereka takut bahwa jika Soviet bisa meluncurkan satelit ke orbit, maka mereka juga mampu mengirimkan senjata nuklir melintasi langit menuju Amerika Serikat.

Untuk membalas kejutan itu, para pejabat militer dan ilmuwan Amerika mencari cara yang dapat mengembalikan gengsi nasional. Mereka ingin melakukan sesuatu yang spektakuler, sesuatu yang bisa dilihat seluruh umat manusia dan menegaskan bahwa Amerika tetap pemimpin dalam sains dan teknologi. 

Dari situlah muncul ide ekstrem: membuat ledakan nuklir di permukaan Bulan, yang bisa dilihat dengan mata telanjang dari Bumi.

Proyek tersebut kemudian digagas oleh Angkatan Udara AS dan dijalankan oleh Armour Research Foundation di Illinois Institute of Technology. Nama resminya terdengar ilmiah, tetapi di balik istilah teknis itu tersembunyi misi propaganda yang sangat jelas: menunjukkan kekuatan Amerika melalui pertunjukan ledakan kosmik.

Tokoh di Balik Proyek A119

Proyek ini dipimpin oleh Leonard Reiffel, seorang fisikawan yang dikenal karena karyanya dalam penelitian nuklir dan sains luar angkasa. Bersamanya, ada sejumlah ilmuwan muda yang membantu merancang simulasi dan analisis teknis. Di antara mereka, ada nama yang kelak menjadi legenda: Carl Sagan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun