Pernah menulis dengan sepenuh hati, merasa inilah karya terbaikmu ... tetapi tak juga masuk headline? Rasanya seperti sudah menekan tombol 'kirim' pada roket terbaik, tetapi ia mendarat di kebun belakang alih-alih di bintang.
Ada sedikit kecewa, tentu saja. Aku sering, lo. Namun, anehnya, tidak sampai membuatku berhenti menulis. Mungkin karena dari awal, tujuanku bukan untuk dilihat banyak orang, ya, melainkan untuk berbagi dan sebagai bagian dari terapi diri sendiri.
Kegagalan memang tak selalu berbentuk besar dan dramatis. Kadang, ia hadir dalam hal-hal sederhana: tulisan yang tak dibaca, usaha yang tak dihargai, rencana diet yang batal di tengah jalan, atau cinta yang tak dibalas.
Salah satu yang dulu terasa getir, tetapi kini bisa kutertawakan datang dari masa kuliah. Aku pernah diputus dengan alasan, yang pada akhirnya aku tahu ternyata hanya sebuah klise, "Kamu terlalu baik untukku."
Aku hanya mengijinkan diriku menangis sebentar, lalu berhenti. Karena aku tahu, buat apa mempertahankan sesuatu yang satu sisinya sudah ingin pergi, kan?
Masih untung, dia jujur secepatnya. Jadi aku tak perlu terjebak dalam harapan yang menggantung. Mungkin aku terlalu logis, ya. Namun, logika itulah yang menyelamatkanku dari berlarut dalam luka.
Aku pernah terlalu ingin membuktikan diri, sampai lupa menikmati prosesnya. Ketika hasilnya tak seindah rencana, aku merasa gagal ... padahal mungkin yang gagal hanyalah ekspektasiku, bukan diriku.
Gagal Itu Manusiawi
Kini aku belajar, gagal bukan berarti kalah. Gagal hanya menandakan bahwa sesuatu belum waktunya berhasil, atau mungkin memang bukan jalannya. Yang penting, kita sudah berani mencoba.
Kita tumbuh dalam budaya yang sering menyanjung keberhasilan, tetapi jarang membicarakan kegagalan. Seolah sukses adalah satu-satunya tanda kita hidup "benar".
Baca juga: Rumah Itu Bernama PulangPadahal, gagal itu manusiawi—bahkan perlu. Ia adalah bagian dari perjalanan menuju versi diri yang lebih matang.
Tanggal 13 Oktober, dunia memperingati International Day for Failure, sebuah gerakan yang bermula di Finlandia tahun 2010 oleh sekelompok mahasiswa Universitas Aalto.